Friday, January 21, 2011

Fanfic: Come Home part 2

Author: Ai Yagami Arimura Mori
Genre: yaoi,romance, a little male pregnancy
Pair: Kiyoharu X Ryutaro Arimura
Cast: Plastic Tree and Kiyoharu
BGM:  mikazuki kiseki - ayabie 

Part 2: Love and Mad

Ryutaro menunggu sampai Koichi selesai minum susunya baru kemudian ia mengangkat tubuh Koichi dan menggendongnya dengan posisi tegak supaya Koichi tidak tersedak. Meskipun Koichi sudah tidak bayi lagi, tapi Ryutaro selalu melakukan hal ini untuk berjaga-jaga. Saat membelai perlahan rambut Koichi, Ryutaro melihat seseorang di kejauhan yang sedang menatapnya. Untuk beberapa saat, Ryutaro tidak mengalihkan pandangannya dari orang itu. Ia merasa pernah mengenal orang yang juga sedang menatapnya itu. Orang itu mirip dengan seseorang yang dulu pernah menjadi bagian hidupnya. Ryutaro memakai tasnya dan cepat-cepat bangun dari tempat duduknya. Mungkin ini hanya karena ia sedang berada di Chiba dan memikirkan orang itu jadi ia berpikir yang tidak-tidak. Saat melangkah pergi, Ryutaro sempat menoleh ke belakang. Orang itu sepertinya tidak mengikutinya.
***
Urusan technical meeting kali ini sudah selesai. Kiyoharu menyempatkan diri keluar sebentar untuk melihat-lihat keadaan diluar. Saat itulah ia melihat Ryutaro baru saja keluar dari sebuah minimarket. Kiyoharu langsung menghampirinya. “Ryu-chan, kenapa kau malah jalan-jalan kesini? Bukankah kau harusnya menunggu di hotel saja?” tanya Kiyoharu.
“Ah, Kiyoharu-san, rupanya kau juga disini ya?” ujar Ryutaro.
“Kenapa kau tidak tinggal di hotel saja sih?”
“Aku cuma ingin jalan-jalan saja kok,” jawab Ryutaro. “Urusanmu sudah selesai?”
“Belum, aku sedang istirahat sebentar,” Kiyoharu menggendong Koichi yang mengulurkan tangannya ke arah Kiyoharu. “Bagaimana jalan-jalanmu, Ichi-chan?”
Koichi hanya menarik-narik rambut Kiyoharu. Ryutaro tertawa melihatnya. Koichi memang senang sekali memainkan rambut Kiyoharu.
“Dia sudah minum susu?” tanya Kiyoharu sambil mengajak Ryutaro ke dalam hall tempat ia akan manggung.
“Sudah kok, tenang saja,” jawab Ryutaro.
Kiyoharu membawa Koichi ke tempat staffnya berkumpul. Wataru kembali menghampiri Koichi, “Hai, Koichi-kun, kau tidak takut lagi kan padaku?” tanya Wataru.
Koichi hanya menatap Wataru sambil diam. “Ayo, kau sapa Wataru-ojiisan,” canda Kiyoharu sambil memegang tangan mungil Koichi dan melambaikannya ke arah Wataru yang berada di hadapannya. Tapi Koichi justru kembali menatap Kiyoharu dan berkata pelan, “Papa..,”
“Ya ampun, Kiyoharu-san, anakmu lucu sekali,” ujar Wataru sambil tertawa kecil.
“Dia tidak rewel ya saat dibawa ke tempat seperti ini?” tanya salah satu staff Kiyoharu pada Ryutaro.
“Tidak, dia sudah biasa kami bawa kemana-mana. Waktu bayi dia juga ikut ke studio rekaman,” jawab Ryutaro.
“Wah, hebat juga,”
Kiyoharu lalu melihat ke arah Ryutaro sebentar, “Ryu-chan, kau tidak apa-apa? Mukamu agak pucat,”
“Aku cuma pusing dan mual,” jawab Ryutaro. “Aku mau ke kamar mandi dulu sebentar,” Ryutaro sempat menutup mulutnya lalu menuju ke toilet.
“Apa Arimura-san baik-baik saja?” tanya Wataru.
“Ya, dia hanya perlu istirahat sebentar kok,” jawab Kiyoharu.
“Memangnya dia sakit apa?” tanya Wataru lagi sambil memegang tangan Koichi yang mulai terbiasa dengannya.
Kiyoharu tersenyum, “Dia sedang menyiapkan adik baru untuk Koichi-chan,”
“Eh? Maksudmu, Arimura-san sedang….,”
“Ya, dia sedang mengandung anak kedua kami,” jawab Kiyoharu.
“Heeeeee? Cepat sekali,” Wataru agak kaget.
Kiyoharu hanya tertawa.
***
Malam hari
Chiba Hotel
Hari ini semua urusan untuk performnya sudah selesai. Setelah makan malam dan sedikit pembahasan mengenai acara mereka besok, Kiyoharu kembali ke kamarnya. Di kamarnya, Ryutaro sedang berbaring sambil menemani Koichi yang sedang meminum susu sebelum tidur.
“Kau sudah kembali. Sudah selesai acaranya?” tanya Ryutaro begitu Kiyoharu datang.
“Untuk hari ini sudah kok, tinggal persiapan untuk besok saja,” jawab Kiyoharu. Ia lalu menuju ke kamar mandi.
Ryutaro masih menemani Koichi. Entah kenapa ia kembali teringat dengan peristiwa tadi saat ia dan Koichi berada di taman. Ia masih tidak yakin dengan orang yang ia lihat saat itu. Orang itu benar-benar mirip dengan seseorang yang ia kenal dulu. Jauh sebelum ia mengenal Kiyoharu. Ryutaro terdiam. Ryutaro menggelengkan kepalanya perlahan. Tidak seharusnya ia memikirkan hal ini lagi. Sudah ada Koichi dan Kiyoharu, juga calon anak kedua mereka. Ia tidak mungkin meninggalkan semua ini begitu saja setelah apa yang ia alami dulu saat sedang hamil Koichi. Tanpa ia sadari, Koichi mulai tertidur di sampingnya dengan lelap. Mungkin karena lelah berjalan-jalan hari ini. Ryutaro baru menyadari anaknya itu sudah tidur ketika ia melihat ke arah Koichi sesaat. Ia lalu meletakkan botol susu Koichi di atas meja kecil di dekat tempat tidurnya dan menarik selimut kecil milik Koichi.
Ryutaro mendesah pelan. Sebenarnya inilah hal yang paling tidak ingin ia ingat setiap kali datang ke Chiba, tapi entah kenapa kenangan itu selalu datang. Ryutaro mencoba berbaring sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya dan memejamkan matanya, berusaha menghilangkan dan melupakan kejadian yang tadi ia alami.
Sebuah pelukan dari Kiyoharu dan ciuman di lehernya mengagetkan Ryutaro. Kiyoharu dapat merasakan tubuh Ryutaro tersentak, namun ia hanya tersenyum. “Kau masih pusing?” tanya Kiyoharu.
“Sedikit,” jawab Ryutaro. Ia berbalik dan menatap Kiyoharu yang berada tepat di belakang tubuhnya dan berada sangat dekat dengannya.
“Kenapa?” tanya Kiyoharu heran.
Ryutaro tidak menjawabnya.
“Apa kau ingin makan sesuatu?” tanya Kiyoharu lagi.
“Tidak. Bukan itu,” jawab Ryutaro.
“Kau tidak enak badan?” Kiyoharu memegang kening Ryutaro dan memeriksa kondisi tubuhnya, tapi suhu tubuh Ryutaro masih normal. Ia lalu memegang pipi Ryutaro, “Ada apa? Katakan saja Ryu-chan,”
“Kiyoharu-san,” ujar Ryutaro pelan. “Sebenarnya tadi aku bertemu dengan seseorang yang mirip dengan orang yang pernah kukenal disini,”
“Lalu?”
“Aku hanya takut kalau ketahuan Ichi-chan adalah anakku dan dia mengatakannya pada media, semua bisa jadi lebih rumit,” jawab Ryutaro.
“Kalau begitu kau harus lebih berhati-hati lagi, Ryu-chan. Jangan sampai ada yang melakukan hal seperti itu. Kalau Ichi-chan ketahuan, dia akan kehilangan privasinya, kasihan dia,”
“Aku tahu,” jawab Ryutaro pelan.
Kiyoharu meraih kepala Ryutaro ke dalam pelukan hangatnya sementara Ryutaro juga memeluk tubuh Kiyoharu.
***
Pagi hari
Chiba Hotel
Ryutaro sudah membawa Koichi berjalan-jalan pagi ini, sementara Kiyoharu bersiap-siap menuju ke hall tempat acaranya diadakan setelah melakukan sarapan dengan Ryutaro dan Koichi tadi. Ryutaro membiarkan Koichi belajar berjalan di teras hotel yang luas. Semalam ia merasa sedikit lega dan sudah memantapkan hatinya. Ia mencintai Kiyoharu dan juga keluarga barunya ini. Sesekali Ryutaro berdiri dan membantu Koichi berjalan.
Sambil memakai sebuah tas ransel, Kiyoharu menghampiri Ryutaro dan Koichi, “Ryu-chan, kau mau ikut kesana sekarang atau nanti kau akan menyusul kesana?” tanya Kiyoharu.
“Mungkin aku akan menyusul kesana, Kiyoharu-san,” jawab Ryutaro. Koichi melihat ke arah Kiyoharu, “Papa…,” panggilnya.
Kiyoharu segera menggendong Koichi, “Ichi-chan, kau bersama mama Ryu dulu ya?” ujar Kiyoharu sambil mencium kening Koichi lalu menyerahkannya pada Ryutaro. Namun Koichi menangis saat Kiyoharu melepas pegangan tangannya. Ryutaro berusaha menenangkannya.
“Jangan menangis, Ichi-chan, nanti kita bertemu lagi kok,” ujar Kiyoharu.
Tapi tangisan Koichi mulai kencang.
“Ichi-chan, kenapa kau jadi manja begini? Biarkan papamu kerja dulu,” tambah Ryutaro sambil tetap menenangkan Koichi.
Koichi masih tetap menangis. Kiyoharu terpaksa kembali menggendong Koichi. “Sssst, Ichi-chan, sudah ya, jangan menangis lagi,” Kiyoharu menghapus airmata Koichi sambil tetap menggendongnya dan menenangkannya.
“Kenapa sekarang kau jadi manja begitu, Ichi-chan?” tanya Ryutaro.
Kiyoharu tertawa kecil. “Sudahlah, tidak apa-apa kok. Mungkin Ichi-chan mau ikut kesana,” Kiyoharu kembali menatap Koichi, “Kau mau ikut kesana ya,Ichi-chan?”
Koichi perlahan berhenti menangis dan akhirnya memeluk Kiyoharu.
“Baiklah, baiklah, sekarang aku akan menemanimu kesana bersama Koichi,” ujar Ryutaro kemudian. Tapi bunyi handphonenya mengagetkannya. Ryutaro segera menjawabnya. Sementara Kiyoharu mulai berhasil menenangkan Koichi yang sekarang benar-benar sudah berhenti menangis. Begitu Ryutaro menutup teleponnya, Kiyoharu segera bertanya, “Kau ada acara?”
“Bukan. Itu tadi Tadashi-kun. Mereka sudah sampai disini juga,” jawab Ryutaro.
“Mereka juga akan ke konserku?” tanya Kiyoharu.
“Ya, sepertinya begitu,” jawab Ryutaro sambil menyimpan kembali handphonenya.
“Kalau begitu, kau pergi bersama mereka saja. Ichi-chan biar bersamaku saja,”
“Tapi, apa kau tidak akan kerepotan?” tanya Ryutaro dengan sedikit khawatir.
“Tidak apa-apa kok,” jawab Kiyoharu sambil tersenyum.
“Baiklah, nanti aku akan menyusul kesana,” ujar Ryutaro kemudian.
***
Menjelang Siang
Chiba Hall
Kiyoharu masih menggendong Koichi dan melakukan persiapan untuk penampilannya nanti.
“Wah, wah, si jagoan kecil Kiyoharu-san ikut juga rupanya,” kata Wataru sambil menghampiri Kiyoharu dan Koichi.
“Dia sedang tidak mau ditinggal. Tadi dia menangis di hotel saat aku mau kesini,” jawab Kiyoharu sambil tersenyum.
Wataru tertawa, “Ternyata dia bisa manja pada papanya juga ya? Arimura-san tidak ikut?”
“Tidak, tapi nanti dia akan menyusul kesini,” jawab Kiyoharu.
“Kiyoharu-san, sudah waktunya check sound,” panggil salah satu staffnya.
“Oke,” Kiyoharu segera menuju ke stage. Setelah melakukan berbagai persiapan, Kiyoharu segera menyanyi sambil tetap menggendong Koichi. Terkadang Koichi ikut menyentuh mikrofonnya, untungnya Kiyoharu tidak membiarkannya memainkan mikrofon itu lama-lama.
“Sepertinya Koichi-kun akan menjadi vokalis juga,” ujar K-A-Z (gitaris sads) sambil tersenyum di sela-sela persiapan mereka, ketika Koichi kembali memegang mikrofon Kiyoharu dan sempat mendekatkan mikrofon itu ke mulutnya. Kiyoharu sempat tertawa menanggapinya. "Mungkin karena papa-mamanya sama-sama vokalis yah," ujar Kiyoharu kemudian. 
***
Chiba Station
Ryutaro baru saja sampai di Chiba Station dan menunggu Tadashi, Akira dan Kenken yang sebentar lagi sampai. Sebenarnya bisa saja ia menyuruh mereka semua langsung menuju ke hall tempat Kiyoharu konser, namun akan lebih menyenangkan bila mereka bisa bersama-sama kesana. Sebuah kereta dari Tokyo baru saja tiba. Tak perlu menunggu lama bagi Ryutaro untuk bertemu dengan teman-teman bandnya itu.
Namun saat keluar dari Chiba Station, ada sebuah kejutan yang menunggunya. Seseorang tiba-tiba menghampirinya, “Ryu-chan, akhirnya kita bertemu lagi,” sapanya.
Ryutaro menoleh dan kali ini ia benar-benar kaget melihatnya. “Kouji-san,” sapa Ryutaro yang masih belum bisa menyembunyikan rasa kagetnya.
“Ternyata benar ya. Kau sudah sedikit berubah sekarang, Ryu-chan. Lama ya kita tidak berjumpa,” ujar laki-laki bernama Kouji itu.
“Ah, iya, sudah lama sekali,” jawab Ryutaro sambil menundukkan kepalanya.
Kenken menyenggol lengan Tadashi, “Leader-san, siapa dia?”
“Kouji-kun, gitaris teman lama Ryu-kun,” jawab Tadashi.
“Sekaligus mantan Ryu-chan,” tambah Akira.
“Heeeeeeeeee?” Kenken terlihat kaget.
“Ya, Ryu-kun pernah berhubungan dengannya dulu,” ujar Tadashi.
Kouji masih mengajak berbicara Ryutaro namun Ryutaro lebih banyak menjawabnya sambil menundukkan kepalanya.
“Kalian mau kemana setelah ini?” tanya Kouji.
“Kami akan menuju ke hall melihat pertunjukkan teman kami,” jawab Tadashi sambil menghampiri Ryutaro dan Kouji.
“Wah, kebetulan sekali, aku juga mau kesana. Jangan-jangan kalian akan melihat pertunjukkan Kiyoharu-san ya?” tebak Kouji.
“Darimana kau tahu?” Akhirnya Ryutaro menatap Kouji.
Kouji tertawa, “Tentu saja aku tahu, berita konser itu kan sudah terkenal disini. Jadi kalian benar-benar kenal dengan Kiyoharu-san? Dia hebat yah?”
“Ya,” jawab Ryutaro singkat. Ia lalu mengambil handphonenya dan mengirimkan email pada Kiyoharu. ‘Mungkin aku akan sedikit terlambat kesana. Jaga Ichi-chan baik-baik,’ tulis Ryutaro lalu menekan tombol sent pada handphonenya.
***
Chiba Hall
Persiapan sebelum tampil
Kiyoharu sudah memakai kostum yang akan ia kenakan nanti. Koichi sedang berada di sebuah tempat duduk khusus untuk balita yang sudah dibawa oleh Kiyoharu sebelumnya, sementara ia memakai make-upnya.
“Gomen, aku terlambat,” Ryutaro akhirnya sampai di ruang backstage.
“Tidak apa-apa. Tadi ada masalah ya?” tanya Kiyoharu sambil menatap Ryutaro dari kaca yang berada di hadapannya.
“Ya begitulah,” jawab Ryutaro. Ia langsung menghampiri Koichi. “Ichi-chan sudah minum susunya?”
“Belum,” jawab Kiyoharu, “Dari tadi dia sibuk memainkan mic, sepertinya dia akan meneruskan langkah kita menjadi seorang vokalis,”
Ryutaro tertawa mendengarnya. Ia lalu mengambilkan botol susu Koichi dari tas perlengkapan bayi yang ada di dekatnya. Koichi segera meminumnya.
“Tadashi-kun dan yang lain dimana?” tanya Kiyoharu.
“Sedang berada diluar,” jawab Ryutaro sambil menemani Koichi.
“Ini pesananmu, Kiyoharu-san,” salah satu staff datang sambil membawa semangkuk udon.
“Sankyuu,” Kiyoharu menyelesaikan makeupnya dan menyantap makanannya terlebih dulu.
“Kau baru makan sekarang?” tanya Ryutaro dengan heran.
“Tadi aku tidak sempat,” jawab Kiyoharu. Ia lalu menatap Ryutaro sebentar, “Kau mau coba?”
“Boleh,” jawab Ryutaro.
Kiyoharu segera mendekati Ryutaro sambil membawa mangkuk udonnya lalu menyuapi Ryutaro.
“Kiyoharu-san ternyata romantis juga,” komentar Wataru.
“Lho, kau baru tahu ya?” Kiyoharu membalas komentar Wataru sambil tertawa. Sementara Ryutaro hanya tersenyum sambil memakan udonnya.
***
Chiba Hall
After show
Ryutaro dan Koichi langsung menyambut Kiyoharu di backstage, “Otsukaresama deshita, Kiyoharu-san,”
“Arigato, Ryu-chan,” balas Kiyoharu sambil tersenyum. “Setelah ini kami akan ke café untuk merayakan kesuksesan show kali ini, kau ikut kan?”
“Tentu saja,” jawab Ryutaro.
Setelah membereskan perlengkapannya, Kiyoharu dan Ryutaro keluar dari ruang backstage, melalui sebuah jalan rahasia, Ryutaro lebih dulu masuk ke mobil bersama Koichi, sementara Kiyoharu melewati pintu depan, menyapa para fans yang sedang menunggunya.
Sebenarnya Ryutaro agak sedikit tidak enak pada Kiyoharu karena Kouji tadi ingin ikut bersama mereka nanti. Tadinya ia ingin langsung beristirahat di hotel, tapi ia berharap mudah-mudahan Kouji membatalkan keinginannya.
***
One of Chiba Café
Kiyoharu dan para staffnya sudah menyewa salah satu café untuk merayakan kesuksesan mereka. Ryutaro tadinya terlihat cukup lega ketika ia melihat Tadashi, Akira dan Kenken sudah berada di mejanya dan tidak bersama Kouji. Namun kelegaannya tidak berlangsung lama karena ternyata Kouji baru saja kembali dari toilet dan melihat Kiyoharu datang bersama Ryutaro yang sedang menggendong Koichi.
“Wah, gawat,” ujar Kenken.
“Ryu-chan, jadi yang kemarin aku lihat itu benar-benar kau ya? Aku pikir aku salah lihat melihat kau sedang menggendong bayi di taman,” ujar Kouji.
Ryutaro tersentak kaget. Jadi benar, kemarin ia melihat Kouji.
“Kau sudah punya anak, Ryu-chan?” tanya Kouji.
“Eh… ummm…,” Ryutaro tampak gugup.
“Mirip juga denganmu. Anakmu dengan siapa?” Kouji kembali bertanya.
Baru saja Kiyoharu akan menjawabnya tapi Ryutaro segera menjawab, “Rahasia. Kau tidak perlu tahu,”
“Wah, ternyata sekarang kau sudah punya banyak rahasia ya? Tidak seperti dulu,” komentar Kouji.
“Kau teman lama Ryu-chan?” tanya Kiyoharu tiba-tiba.
“Yah bisa dibilang begitu. Kami cukup dekat dulu, bisa dibilang juga kami lebih dari teman, bukan begitu, Ryu-chan?” ujar Kouji.
Kiyoharu mengambil segelas bir yang ia pesan. “Jadi, kalian dulu saling menyukai?”
“Yah, bisa dibilang begitu,” jawab Kouji dengan jujur.
Kiyoharu menaruh gelas bir dengan agak kencang, membuat Ryutaro agak kaget. “Begitu ya?”
"Tapi kita kan sudah lama tidak bertemu lagi, Kouji-san,” Ryutaro berusaha menenangkan situasi tidak menyenangkan antara Kiyoharu dan Kouji.
“Ya, kau tidak tahu saja kalau aku mencari cara untuk menghubungimu dan itu susah sekali. Aku senang kita bisa bertemu lagi, Ryu-chan,” Kouji memegang tangan Ryutaro. Membuat Kiyoharu mulai diliputi perasaan tidak suka pada Kouji. Terlebih setelah itu, mereka berbincang cukup akrab. Sampai akhirnya, Kiyoharu menggendong Koichi dan kemudian meninggalkan Ryutaro tanpa berkata apapun. Ia hanya berpamitan pada member Plastic Tree yang lain dan juga staffnya.
***
Chiba Hotel
Kali ini giliran Kiyoharu yang menemani Koichi tidur. Entah kenapa ia merasa begitu kesal melihat Kouji dan Ryutaro begitu akrab. Ia harus mengakui kali ini kalau ia cemburu pada mereka. Tapi itu wajar saja mengingat Ryutaro sekarang sudah menjadi bagian dari hidupnya, bagian dari keluarganya. Ia tidak ingin ada yang mengganggu keluarganya yang baru ini. Suara pintu kamar dibuka dan seseorang masuk ke dalam tidak menarik perhatian Kiyoharu yang sedang mengelus rambut Koichi yang tertidur setelah tadi puas meminum susunya meskipun tidak habis. Ia tetap berada di samping Koichi.
“Kiyoharu-san, kenapa kau pergi begitu saja?” tanya Ryutaro begitu melihat Kiyoharu.
“Aku lelah,” jawab Kiyoharu singkat.
Ryutaro terlihat heran melihat tanggapan dingin Kiyoharu. Tapi ia memutuskan untuk menuju ke kamar mandi dulu untuk mandi dan berganti baju.
Sementara Kiyoharu meninggalkan Koichi yang sudah tertidur dan menuju ke ruang santai di kamar itu, menyalakan ipadnya sambil merokok.
Tak lama kemudian Ryutaro keluar dari kamar mandi dan menghampiri Kiyoharu, “Setelah ini acaramu sudah selesai kan? Kita bisa jalan-jalan kan?”
“Hmmm,” ujar Kiyoharu singkat.
“Lalu yang lain? Apa mereka akan pulang duluan?” tanya Ryutaro lagi.
“Sebagian. Wataru-san pulang bersama kita, tapi dia ada acara sendiri disini,” jawab Kiyoharu tanpa mengalihkan pandangannya dari ipadnya.
“Kiyoharu-san,” panggil Ryutaro.
“Hmm,”
“Kau marah?” tanya Ryutaro sambil menatap Kiyoharu.
“Menurutmu?” jawab Kiyoharu singkat.
“Tidak biasanya kau sedingin ini. Kenapa sih? Ada apa?” Ryutaro benar-benar heran.
Kiyoharu menghembuskan asap rokoknya.  Tapi ia tetap tidak menatap Ryutaro meskipun Ryutaro duduk di sampingnya.
“Nee, Kiyoharu-san, kenapa kau marah padaku?” tanya Ryutaro.
“Aku cuma kesal,” jawab Kiyoharu singkat.
“Kesal kenapa?”
Kiyoharu menghisap rokoknya lagi dan menghembuskan asapnya, “Kupikir cuma akan ada Pura-tachi saja, tapi ternyata kau mengajak mantanmu,”
“Tapi aku sama sekali tidak mengajaknya kok. Kami hanya tidak sengaja bertemu di stasiun,” jawab Ryutaro.
Kiyoharu akhirnya menaruh ipadnya. “Aku cuma tidak suka bila kau dekat dengan mantanmu. Sama seperti kau cemburu dengan wanita yang dekat denganku dulu,”
“Aku tahu. Tapi aku benar-benar tidak sengaja mendekatinya supaya kau cemburu,” jelas Ryutaro.
“Ya, aku percaya,” Kiyoharu akhirnya menatap Ryutaro, “Tapi tetap saja rasa cemburu itu ada, Ryu-chan,”
“Gomen nee,” ujar Ryutaro sambil menundukkan kepalanya. Ia jadi merasa bersalah pada Kiyoharu.
Kiyoharu masih menatap Ryutaro lalu menaruh rokoknya di atas asbak. Sekarang justru ia juga diliputi perasaan bersalah karena telah meninggalkan Ryutaro. Kiyoharu akhirnya merangkul Ryutaro, “Maafkan aku juga karena terlalu terbawa emosi tadi,” Kiyoharu mengelus perut Ryutaro, “Padahal kau sedang hamil,” Kiyoharu jadi merasa telah melakukan tindakan bodoh tadi. Ryutaro sedang hamil anak keduanya dan ia malah meninggalkannya begitu saja.
"Kau tidak marah padaku lagi kan?" tanya Ryutaro.
"Tidak kok," jawab Kiyoharu sambil tersenyum.
“Syukurlah,” Ryutaro terlihat lega.
"Sekarang kau istirahat saja sana," ujar Kiyoharu.
"Tapi aku lapar, aku mau pesan makanan dulu," kata Ryutaro. Ia beranjak bangun dan menuju ke telepon yang tersedia untuk memanggil room service.
Kiyoharu hanya menatapnya tanpa beranjak dari sofa. Ia tahu Ryutaro tidak akan mengkhianatinya, tapi mungkin kehadiran mantannya itu cukup mengganggu pikirannya. Kiyoharu mematikan rokoknya. Ia sudah memutuskan, ia tidak akan membiarkan mantan pacar Ryutaro itu mengganggu hubungan mereka.
***

(to be continued - bersambung ke part 3) ^^

Wednesday, January 19, 2011

Fanfic: Come Home

Author: Ai Yagami Arimura Mori
Genre: yaoi,romance, a little male pregnancy
Pair: Kiyoharu X Ryutaro Arimura
Cast: Plastic Tree and Kiyoharu
BGM:  come home - Kiyoharu

Notes: supaya gk bingung, ini lanjutan dari fanfic sebelumnya yang judulnya The Pregnancy.. kali ini keluarga baru Kiyoharu n Ryutaro jalan-jalan ke Chiba..

Part 1: Departure and Arrival

Ryutaro menggendong Koichi yang masih berumur hampir dua tahun ke kamar mandi. Sore ini ia akan mandi bersama dengan Koichi. Koichi seperti biasa justru asyik sendiri bermain air saat Ryutaro membawanya masuk ke dalam bathtub. Ryutaro terpaksa memeganginya supaya ia tidak sampai tenggelam di dalam bathtub. Ia terpaksa bersabar ketika Koichi tanpa sengaja mencipratkan air ke depan wajahnya.
“Ichi-chan, jangan seperti itu terus, ayo kita mulai mandinya,” ujar Ryutaro ketika Koichi kembali mencipratkan air ke depan wajahnya.
“Ma…,” ujar Koichi yang baru bisa berbicara sedikit kata-kata sambil tersenyum senang.
Ryutaro juga ikut tersenyum, “Ayo, sekarang kita mandi,” ajak Ryutaro. Ia mengambil sabun khusus untuk balita dan mulai mengajari Koichi untuk sabunan, meskipun Koichi tetap saja lebih banyak bermain. Selesai menyabuni tubuh Koichi dan membilasnya, Ryutaro memakai sabunnya sendiri untuk menyabuni tubuhnya. Mendadak saja Koichi justru memeluknya.
“Hey, Ichi-chan,hati-hati,” Ryutaro melepaskan pelukan Koichi sesaat lalu membilas tubuhnya. Ia tidak ingin Koichi kenapa-kenapa karena sekarang Koichi juga suka memegangi sesuatu kemudian memasukkan jarinya ke dalam mulutnya.
Begitu acara mandi bersama mereka selesai, Ryutaro segera mengambil handuk dan segera mengelap tubuh Koichi dan membalut tubuh mungilnya itu dengan handuk kecil. Koichi masih belajar untuk berjalan, jadi Ryutaro sama sekali tidak boleh lengah dalam menjaganya bila tidak ingin terjadi sesuatu pada Koichi. Setelah memakai jubah mandinya, Ryutaro menggendong Koichi keluar dari kamar mandi.
Saat keluar kamar mandi, Koichi tampak memanggil seseorang yang baru saja datang, “Paa….,”
“Hai, kalian baru selesai mandi?” tanya Kiyoharu sambil menghampiri mereka berdua.
“Ya. Okaerinasai, Kiyoharu-san,” jawab Ryutaro.
“Ah iya, tadaima, Ryu-chan,” ujar Kiyoharu kemudian setelah memegang tangan Koichi.
“Kau istirahat saja dulu,” Ryutaro membawa Koichi ke kamarnya. Sementara Kiyoharu melepas lelah di atas sofa.
“Ryu-chan, kau sudah bisa jalan-jalan kan sekarang? Kegiatanmu dengan Pura sudah selesai?” tanya Kiyoharu sambil menyalakan rokoknya.
“Untuk minggu ini sudah kok, memang kenapa?” jawab Ryutaro dari dalam kamar.
“Aku ingin mengajakmu dan Koichi pergi,” ujar Kiyoharu lagi.
Selesai memakai pakaiannya, Ryutaro kembali menemui Kiyoharu dan duduk disampingnya. “Pergi kemana?”
Kiyoharu  mengambil sebuah kertas dan menyerahkannya pada Ryutaro, “Kampung halamanmu,” jawab Kiyoharu sambil tersenyum.
“Eh? Chiba?” tanya Ryutaro hampir tidak percaya. Ia membaca kertas yang diberikan oleh Kiyoharu. Disana tertulis jelas kalau Kiyoharu akan mengadakan konser di Chiba. “Heeeeeeh? Benar di Chiba??” Ryutaro terlihat kaget sekaligus senang.
“Ya, karena itu, aku ingin mengajakmu dan Koichi kesana. Koichi juga perlu tahu kan seperti apa kampung halaman mamanya,” jawab Kiyoharu lagi. Ia kembali tersenyum melihat ekspresi senang Ryutaro.
“Sudah lama sekali aku tidak kesana,” Ryutaro masih terlihat senang.
“Aku sudah menyiapkan tiket untukmu,” kata Kiyoharu.
Ryutaro langsung memeluknya, “Arigatou, Kiyoharu-san,”
Kiyoharu juga memeluk Ryutaro, “Yang penting kau senang. Lagipula Koichi kan perlu juga kita ajak jalan-jalan ke tempat lain, jangan hanya di Tokyo saja,”
“Benar sekali. Tapi kau tidak akan membawa wartawan juga kan?” tanya Ryutaro.
“Tidak, tenang saja,” jawab Kiyoharu.
“Kalau begitu kita bisa tenang,” Ryutaro kembali tersenyum. “Terimakasih banyak yah, Kiyoharu-san,”
“Kau kan sudah melahirkan anakku,” Kiyoharu memegang wajah Ryutaro, “Terimakasih juga untuk itu ya?”
Ryutaro langsung mencium bibir Kiyoharu. Mereka berdua berciuman dengan hangat, namun tiba-tiba Kiyoharu menepuk bahu Ryutaro dan menyudahi ciumannya, “Ichi-chan mulai berjalan lagi,” ujarnya.
Ryutaro menoleh dan melihat Koichi berdiri dan berjalan keluar perlahan dari kamarnya. Jalannya masih agak belum stabil dan terkadang ia berpegangan pada apapun yang bisa ia pegang. Kali ini, ia nyaris saja menarik alas meja kecil dimana Ryutaro sedang menaruh ipadnya untuk dicharge.
“Ya ampun, Ichi-chan,” Ryutaro segera bangun dan menghampiri Koichi sebelum Koichi sempat menarik alas meja itu. Ryutaro langsung menggendong Koichi. “Kau itu selalu saja membuat khawatir orang,”
Namun sesaat kemudian Ryutaro meminta Kiyoharu menggendong Koichi sementara ia menuju ke kamar mandi untuk muntah.
Koichi sempat ingin mengikuti Ryutaro tapi Kiyoharu sudah menggendongnya, “Jangan dulu yah, Ichi-chan. Biarkan mamamu istirahat dulu,” ujar Kiyoharu sambil tersenyum pada Koichi. Koichi akhirnya memilih bermain dengan Kiyoharu.
***
Seharian ini Koichi benar-benar tidak ingin lepas dari Kiyoharu. Bahkan saat Kiyoharu sedang bekerja di depan laptopnya, Koichi tetap datang menghampirinya dan menarik-narik bajunya. Ryutaro yang melihatnya hanya tersenyum, “Sepertinya hari ini Ichi-chan ingin dimanjakan olehmu,”
Kiyoharu akhirnya kembali menggendong Koichi, “Baiklah, aku akan menemanimu, tapi jangan macam-macam yah?” Kiyoharu menaruh Koichi dalam pangkuannya. Koichi kelihatan senang. Ia memperhatikan Kiyoharu yang masih sibuk dengan urusannya di depan laptop. Sesekali ia juga mencoba mengambil kertas di hadapannya, namun Kiyoharu cepat-cepat mengambilnya kembali dan meletakkannya jauh dari jangkauan Koichi. Sementara Ryutaro sedang asyik menggunakan ipadnya.
Koichi kembali mengulurkan tangannya, hendak menyentuh keyboard laptop yang sedang digunakan oleh Kiyoharu. Ia baru saja menyentuh ujung laptop itu ketika Kiyoharu cepat-cepat memegang tangan Koichi. “Ichi-chan,” Kiyoharu memasang tampang cemberutnya di hadapan Koichi, membuat tangan mungil Koichi jadi beralih memegang wajahnya sambil mengatakan sesuatu yang tidak jelas.
Ryutaro melihat ke arah mereka berdua sambil tersenyum. Rasanya saat ini ia adalah orang yang paling bahagia, bisa tinggal bersama dengan orang yang ia cintai dan merawat anak mereka bersama-sama. Meskipun keluarga barunya ini harus disembunyikan sementara dari publik, tapi Ryutaro tetap saja merasa senang. Kali ini Kiyoharu mencium lembut kening Koichi saat Koichi baru saja melepaskan tangan mungilnya dari rambut Kiyoharu. Ya, bagi Ryutaro, ini semua sudah cukup untuknya. Sebuah keluarga baru yang bahagia.
“Ryu-chan, dua hari lagi kita akan berangkat ke Chiba, kau sudah siap-siap?” tanya Kiyoharu.
“Ya, sebagian sudah kusiapkan tadi, sisanya besok. Sekarang tinggal mengerjakan hal-hal yang harus kukerjakan supaya di Chiba nanti kita bisa lebih santai,” jawab Ryutaro.
“Oke, jangan lupa, kau juga harus menjaga kondisimu,” ujar Kiyoharu.
“Tentu saja,” Ryutaro kembali menggunakan ipadnya.
Beberapa lama kemudian, Koichi malah tertidur di atas pangkuan Kiyoharu sambil memeluknya. Dengan tangan kirinya, Kiyoharu menahan tubuh Koichi supaya tidak jatuh dan tangan kanannya kembali menggunakan laptopnya.
“Kalau kau kesulitan, biar aku bawa Ichi-chan ke kamar,” ujar Ryutaro sambil menghampiri Kiyoharu. Namun begitu Ryutaro akan mengambil Koichi, Koichi terbangun dan seolah menolak untuk berpisah dari ayahnya.
“Ichi-chan, ayo,” bujuk Ryutaro.
“Sudah, tidak apa-apa kok, Ryu-chan. Biarkan Ichi-chan disini dulu. Tadi kan kau sendiri yang memintaku untuk memanjakannya,” Kiyoharu membelai lembut rambut Koichi, menenangkannya hingga kembali tertidur.
“Kau tidak kerepotan kan?” tanya Ryutaro.
”Tidak,” jawab Kiyoharu sambil tersenyum.
Ryutaro mengambil sebuah kursi lalu duduk di samping Kiyoharu, “Kalau begitu aku juga akan menemanimu,”
“Kau tidak istirahat?” tanya Kiyoharu.
“Aku belum lelah,” jawab Ryutaro.
Kiyoharu menatap Ryutaro sebentar, “Apa kau cemburu kalau aku sekarang lebih memperhatikan Ichi-chan daripada dirimu?” ujarnya sambil tersenyum.
“Tidak kok,” elak Ryutaro. “Aku hanya ingin berada di dekat anakku,”
“Oh, jadi sekarang kau yang tidak peduli padaku?”
“Bukan begitu,” ujar Ryutaro lagi. “Aku hanya ingin berada di dekat kalian berdua,”
Kiyoharu kembali tersenyum. Tanpa membangunkan Koichi yang masih ada di atas pangkuannya, ia merangkul Ryutaro sebentar, “Tapi kau jangan lupa istirahat yah, ingat, masih ada adiknya Koichi,”
“Iya, tenang saja,”
***
1 hari sebelum berangkat menuju ke Chiba
Ryutaro mulai memasukkan baju-baju yang ingin dibawanya ke dalam koper besar.  Di ruang tengah, Koichi sedang mencoba meraih Kuro, kucing milik Ryutaro yang malah berlari menghindarinya.
“Ichi-chan, jangan mengganggu Kuro,” ujar Ryutaro setelah menutup kopernya. Tapi Koichi sepertinya tidak peduli dan kembali mencoba mengejar Kuro. Namun tiba-tiba ia jatuh terjerembab ke lantai dan pelan-pelan mulai menangis.
“Nah, sudah kubilang kan, jangan mengganggu Kuro,” Ryutaro menggendong Koichi dan menenangkannya sambil memeriksa keadaannya. Untung Koichi tidak terluka, hanya mungkin ia merasa sakit karena terjatuh. “Sudah, jangan menangis ya?” Ryutaro mengelus rambut Koichi.
Suara bel pintu di apartemen itu mengalihkan perhatian Ryutaro, sambil menggendong Koichi, ia membuka pintunya. “Tadashi-kun, Naka-chan,” sapanya saat melihat Tadashi dan Akira datang.
“Hai, Ryu-chan,” sapa Akira, sementara Tadashi langsung memegang tangan Koichi, “Hey, Ichi-kun, kenapa kau menangis?”
“Ichi-chan barusan jatuh, tapi dia tidak apa-apa kok,” jawab Ryutaro.
“Ah, iya, kami membawakan ini untuk Ichi-kun,” Tadashi menunjukkan satu kantong plastik yang ia bawa.
“Apa itu?” tanya Ryutaro.
“Kaos dari tur kita, aku buat khusus untuk Ichi-kun,” jawab Tadashi sambil masuk ke dalam apartemen bersama Akira.
“Wah, terima kasih, Dashi-kun,” Ryutaro terlihat senang.
“Kau mau pergi, Ryu-chan?” tanya Akira setelah memegang tangan Koichi yang masih digendong oleh Ryutaro. Koichi sekarang sudah berhenti menangis.
“Ya, aku mau pergi bersama Kiyoharu-san besok,”
“Kemana?” tanya Tadashi.
“Chiba,” jawab Ryutaro senang.
“Heeeeh? Kalian akan pergi sekeluarga kesana?” tanya Akira.
“Ya, tentu saja. Ichi-chan juga akan ikut. Aku akan mengajaknya berkeliling Chiba nanti,” jawab Ryutaro.
“Rasanya menyenangkan sekali ya bisa kembali ke Chiba,” ujar Tadashi.
“Kalian mau ikut?” tanya Ryutaro.
“Hah? Tapi kau kan bersama Kiyoharu,” ujar Akira.
“Kita bertemu disana saja. Bagaimana?” ajak Ryutaro.
Akira dan Tadashi terdiam, “Boleh saja sih,” jawab Tadashi kemudian.
“Mudah-mudahan tidak ada acara penting minggu ini,” tambah Akira.
***
Hari keberangkatan
Kiyoharu membawa koper besar berisi segala keperluannya bersama Ryutaro. Sementara Ryutaro sendiri masih asyik mengecek barang bawaannya sebelum berangkat.
“Kau yakin sudah membawa semua yang kau perlukan? Perlengkapan untuk Koichi juga sudah?” Kiyoharu memakai sebuah tas ransel juga, tas itu berisi baju-baju milik Koichi.
“Sudah semua. Kuro dan Kuu-chan juga sudah dititipkan,” jawab Ryutaro sambil menutup risleting tasnya. “Kita akan berada disana selama 4 hari kan?”
“Kurang lebih begitu,” jawab Kiyoharu. “Tapi besok mungkin aku harus menyiapkan konserku, jadi besok aku tidak bisa sering-sering menemanimu,”
“Tidak apa-apa,” jawab Ryutaro sambil tersenyum. “Aku bisa berjalan-jalan bersama Ichi-chan,” Ryutaro menghampiri Koichi yang sedang duduk di dekatnya, memakaikan sweater dan sepatu untuk Koichi juga sebuah topi hangat untuknya.
“Ichi-chan, kawaii nee,” ujar Kiyoharu melihat anaknya itu sambil tersenyum.
“Un,” Ryutaro menganggukkan kepalanya. “Senang sekali bisa memilikinya,” Ryutaro mengambil sebuah gendongan bayi dan kemudian menaruh Koichi dalam gendongan itu. Ryutaro lalu memakai topi dan kacamata hitamnya. Sementara Koichi sudah tenang dalam gendongannya. “Ayo kita pergi,” ajak Ryutaro stelah mengambil tasnya.
“Oke,” Setelah memastikan kondisi apartemennya sudah aman, Kiyoharu dan Ryutaro segera pergi menuju ke stasiun kereta untuk menaiki kereta menuju Chiba.
***
Tokyo Station
Kiyoharu menemui beberapa staffnya yang sudah menunggu di lorong bawah tanah Tokyo Station. Setelah memastikan semuanya sudah siap, mereka lalu menuju ke tempat menunggu para penumpang jalur Sobu. Wataru – salah satu teman sekaligus staff Kiyoharu- menoleh ke arah Ryutaro yang masih menggendong Koichi. Koichi tampak hanya terdiam memperhatikan sekitarnya. “Ini pasti Koichi ya?” tanya Wataru sambil mendekati Koichi.
“Ya,” jawab Ryutaro.
“Hai, Koichi-kun,” sapa Wataru namun Koichi malah membalikkan badannya dan membenamkan kepalanya di dada Ryutaro. Ryutaro tertawa melihatnya.
“Dia takut padamu, Wataru-san,” komentar Ryutaro.
“Wah, Koichi-kun, jangan takut padaku,” bujuk Wataru.
Kiyoharu tersenyum, “Sepertinya dia mewarisi sifat mamanya ya,”
“Kelihatannya begitu,” ujar Ryutaro.
Tak lama kemudian, kereta yang akan mereka naiki tiba. Bersama dengan rombongan yang lain, Kiyoharu dan Ryutaro menaiki kereta itu.
***
Dalam Perjalanan menuju Chiba
Koichi sudah duduk di atas pangkuan Kiyoharu sekarang, sedangkan di sampingnya Ryutaro sedang sibuk dengan ipadnya. Supaya tidak mengganggu Ryutaro, Koichi dibiarkan memegang boneka nekozirushi yang sudah berada dalam pelukannya. Kiyoharu iseng-iseng menggunakan handphonenya untuk memotret Koichi yang sedang memeluk nekozirushi.
“Ryu-chan, apa kita akan mampir ke rumahmu juga nanti?” tanya Kiyoharu.
“Ya, boleh saja. Sudah lama sekali aku tidak pulang kesana,” jawab Ryutaro.
“Lalu mereka sudah tahu soal Koichi?”
“Okaasan sudah tahu kok. Karena itu kita harus mampir sebentar kesana,” jawab Ryutaro.
“Jadi, Ichi-chan akan bertemu dengan keluargamu yah?”
“Kurasa mereka pasti senang,” ujar Ryutaro.
Koichi mengalihkan pandangannya kembali ke Ryutaro dan mencoba menggapainya. “Ichi-chan, jangan nakal begitu,”
“Ah,” Ryutaro teringat sesuatu. Ia menaruh ipadnya kembali ke dalam tas dan mengeluarkan sebungkus biskuit untuk balita. Lalu menyerahkan sepotong biskuit untuk Koichi. Koichi mengambilnya, namun ia tetap menggapai ke arah Ryutaro.
“Mungkin dia ingin berada di dekatmu,” ujar Kiyoharu sambil menyerahkan Koichi ke Ryutaro. Ryutaro menaruh Koichi di atas pangkuannya. Koichi memakan biskuitnya sambil melihat ke luar jendela. “Jangan lama-lama ya, nanti kau bisa pusing,” ujar Ryutaro.
Tak lama kemudian, Koichi terlihat bosan dan kembali diam sambil menikmati biskuitnya di atas pangkuan Ryutaro.
***
45 menit kemudian
Chiba Station
Akhirnya rombongan itu sampai ke Chiba. Ryutaro kembali menggendong Koichi. Ia terlihat senang. “Ah, Chiba-shi. Tadaima,” ujarnya.
“Okaeri, Ryu-chan,” sambut Kiyoharu sambil tersenyum.
“Tempat ini benar-benar mengingatkanku pada banyak kenangan yang indah,” Ryutaro lalu melihat ke arah Koichi, “Ichi-chan, lihat, ini adalah Chiba. Dulu aku dibesarkan disini,” Koichi melihat sekelilingnya sambil diam.
“Kita ke hotel dulu saja ya,” ujar Kiyoharu, namun ternyata Ryutaro tidak terlalu memperhatikannya.
“Wuaaah, Chiba monorail, dulu aku selalu pulang menggunakan monorail itu,” ujar Ryutaro saat melihat lintasan monorail di dekat stasiun tempat mereka turun. Koichi ikut-ikutan menoleh ke atas melihat monorail itu. “Tenang, Ichi-chan, nanti akan kuajak kau naik monorail itu,”
Kiyoharu tertawa kecil. “Kalian berdua jadi mirip begitu,” Kiyoharu lalu merangkul Ryutaro, “Setelah performku selesai, akan kutemani kalian berkeliling Chiba, bagaimana?”
“Boleh saja,” ujar Ryutaro.
“Sekarang kita ke hotel dulu ya,” ajak Kiyoharu. Mereka lalu menuju ke hotel bersama rombongan Kiyoharu yang lain. Koichi masih terdiam di gendongan Ryutaro. Sepertinya ia belum terbiasa dengan daerah ini.
***
Chiba Hotel
Kiyoharu segera melakukan meeting untuk performnya besok bersama para staff dan juga band pengiringnya. Malam ini rencananya ia juga akan menuju ke hall untuk persiapan acaranya besok. Otomatis Ryutaro dan Koichi hanya bisa menunggunya di hotel. Bosan menunggu di kamar hotel, Ryutaro akhirnya mengajak Koichi berjalan-jalan di sekitar hotel itu. Sambil menggendong Koichi, Ryutaro memakai kacamata hitamnya, sebuah tas kecil dan keluar dari area hotel itu. Rasanya nyaman sekali bisa kembali ke kampung halamannya ini. Sebenarnya ia sudah tidak sabar ingin menemui keluarganya, namun ia sudah berjanji untuk kesana bersama dengan Kiyoharu. Suasana di kota ini kembali membuatnya teringat dengan masa lalu, masa-masa awal dibentuknya Plastic Tree, sampai semua kenangannya saat sekolah dan juga saat ia mencintai seseorang yang sekarang sudah tidak pernah ia temui lagi.
Ryutaro mendesah. Entah kenapa ia kembali teringat dengan orang itu. Tarikan tangan kecil Koichi pada bajunya menyadarkan lamunannya. “Ah, Ichi-chan, kenapa?”
Koichi mengatakan sesuatu yang tidak jelas dan menarik-narik baju Ryutaro.
“Ada apa, kau mau apa?” tanya Ryutaro.
Koichi masih tetap menarik bajunya. Ryutaro agak bingung, tapi untungnya di dekatnya ada sebuah taman kecil. Ryutaro membawa Koichi duduk di salah satu bangku taman, “Kau haus ya? Sebentar yah,” Ryutaro menaruh tas kecil yang dibawanya dan mengambil sebotol susu yang sudah ia siapkan sebelumnya lalu menyerahkannya pada Koichi. Koichi segera meminum susunya sementara Ryutaro menaruh Koichi di atas pangkuannya dan memegangi botol susu yang sedang diminum oleh Koichi. Ia sempat tersenyum melihat Koichi yang kembali tenang.
Tanpa disadari oleh Ryutaro, ada seorang laki-laki yang sedang memperhatikan mereka dari kejauhan. Ia memperhatikan Ryutaro. “Apa itu benar-benar Ryu-chan? Tapi kenapa ia menggendong bayi?” gumam laki-laki itu.
***

(to be continued- bersambung ke part 2) ^^