Wednesday, January 19, 2011

Fanfic: Come Home

Author: Ai Yagami Arimura Mori
Genre: yaoi,romance, a little male pregnancy
Pair: Kiyoharu X Ryutaro Arimura
Cast: Plastic Tree and Kiyoharu
BGM:  come home - Kiyoharu

Notes: supaya gk bingung, ini lanjutan dari fanfic sebelumnya yang judulnya The Pregnancy.. kali ini keluarga baru Kiyoharu n Ryutaro jalan-jalan ke Chiba..

Part 1: Departure and Arrival

Ryutaro menggendong Koichi yang masih berumur hampir dua tahun ke kamar mandi. Sore ini ia akan mandi bersama dengan Koichi. Koichi seperti biasa justru asyik sendiri bermain air saat Ryutaro membawanya masuk ke dalam bathtub. Ryutaro terpaksa memeganginya supaya ia tidak sampai tenggelam di dalam bathtub. Ia terpaksa bersabar ketika Koichi tanpa sengaja mencipratkan air ke depan wajahnya.
“Ichi-chan, jangan seperti itu terus, ayo kita mulai mandinya,” ujar Ryutaro ketika Koichi kembali mencipratkan air ke depan wajahnya.
“Ma…,” ujar Koichi yang baru bisa berbicara sedikit kata-kata sambil tersenyum senang.
Ryutaro juga ikut tersenyum, “Ayo, sekarang kita mandi,” ajak Ryutaro. Ia mengambil sabun khusus untuk balita dan mulai mengajari Koichi untuk sabunan, meskipun Koichi tetap saja lebih banyak bermain. Selesai menyabuni tubuh Koichi dan membilasnya, Ryutaro memakai sabunnya sendiri untuk menyabuni tubuhnya. Mendadak saja Koichi justru memeluknya.
“Hey, Ichi-chan,hati-hati,” Ryutaro melepaskan pelukan Koichi sesaat lalu membilas tubuhnya. Ia tidak ingin Koichi kenapa-kenapa karena sekarang Koichi juga suka memegangi sesuatu kemudian memasukkan jarinya ke dalam mulutnya.
Begitu acara mandi bersama mereka selesai, Ryutaro segera mengambil handuk dan segera mengelap tubuh Koichi dan membalut tubuh mungilnya itu dengan handuk kecil. Koichi masih belajar untuk berjalan, jadi Ryutaro sama sekali tidak boleh lengah dalam menjaganya bila tidak ingin terjadi sesuatu pada Koichi. Setelah memakai jubah mandinya, Ryutaro menggendong Koichi keluar dari kamar mandi.
Saat keluar kamar mandi, Koichi tampak memanggil seseorang yang baru saja datang, “Paa….,”
“Hai, kalian baru selesai mandi?” tanya Kiyoharu sambil menghampiri mereka berdua.
“Ya. Okaerinasai, Kiyoharu-san,” jawab Ryutaro.
“Ah iya, tadaima, Ryu-chan,” ujar Kiyoharu kemudian setelah memegang tangan Koichi.
“Kau istirahat saja dulu,” Ryutaro membawa Koichi ke kamarnya. Sementara Kiyoharu melepas lelah di atas sofa.
“Ryu-chan, kau sudah bisa jalan-jalan kan sekarang? Kegiatanmu dengan Pura sudah selesai?” tanya Kiyoharu sambil menyalakan rokoknya.
“Untuk minggu ini sudah kok, memang kenapa?” jawab Ryutaro dari dalam kamar.
“Aku ingin mengajakmu dan Koichi pergi,” ujar Kiyoharu lagi.
Selesai memakai pakaiannya, Ryutaro kembali menemui Kiyoharu dan duduk disampingnya. “Pergi kemana?”
Kiyoharu  mengambil sebuah kertas dan menyerahkannya pada Ryutaro, “Kampung halamanmu,” jawab Kiyoharu sambil tersenyum.
“Eh? Chiba?” tanya Ryutaro hampir tidak percaya. Ia membaca kertas yang diberikan oleh Kiyoharu. Disana tertulis jelas kalau Kiyoharu akan mengadakan konser di Chiba. “Heeeeeeh? Benar di Chiba??” Ryutaro terlihat kaget sekaligus senang.
“Ya, karena itu, aku ingin mengajakmu dan Koichi kesana. Koichi juga perlu tahu kan seperti apa kampung halaman mamanya,” jawab Kiyoharu lagi. Ia kembali tersenyum melihat ekspresi senang Ryutaro.
“Sudah lama sekali aku tidak kesana,” Ryutaro masih terlihat senang.
“Aku sudah menyiapkan tiket untukmu,” kata Kiyoharu.
Ryutaro langsung memeluknya, “Arigatou, Kiyoharu-san,”
Kiyoharu juga memeluk Ryutaro, “Yang penting kau senang. Lagipula Koichi kan perlu juga kita ajak jalan-jalan ke tempat lain, jangan hanya di Tokyo saja,”
“Benar sekali. Tapi kau tidak akan membawa wartawan juga kan?” tanya Ryutaro.
“Tidak, tenang saja,” jawab Kiyoharu.
“Kalau begitu kita bisa tenang,” Ryutaro kembali tersenyum. “Terimakasih banyak yah, Kiyoharu-san,”
“Kau kan sudah melahirkan anakku,” Kiyoharu memegang wajah Ryutaro, “Terimakasih juga untuk itu ya?”
Ryutaro langsung mencium bibir Kiyoharu. Mereka berdua berciuman dengan hangat, namun tiba-tiba Kiyoharu menepuk bahu Ryutaro dan menyudahi ciumannya, “Ichi-chan mulai berjalan lagi,” ujarnya.
Ryutaro menoleh dan melihat Koichi berdiri dan berjalan keluar perlahan dari kamarnya. Jalannya masih agak belum stabil dan terkadang ia berpegangan pada apapun yang bisa ia pegang. Kali ini, ia nyaris saja menarik alas meja kecil dimana Ryutaro sedang menaruh ipadnya untuk dicharge.
“Ya ampun, Ichi-chan,” Ryutaro segera bangun dan menghampiri Koichi sebelum Koichi sempat menarik alas meja itu. Ryutaro langsung menggendong Koichi. “Kau itu selalu saja membuat khawatir orang,”
Namun sesaat kemudian Ryutaro meminta Kiyoharu menggendong Koichi sementara ia menuju ke kamar mandi untuk muntah.
Koichi sempat ingin mengikuti Ryutaro tapi Kiyoharu sudah menggendongnya, “Jangan dulu yah, Ichi-chan. Biarkan mamamu istirahat dulu,” ujar Kiyoharu sambil tersenyum pada Koichi. Koichi akhirnya memilih bermain dengan Kiyoharu.
***
Seharian ini Koichi benar-benar tidak ingin lepas dari Kiyoharu. Bahkan saat Kiyoharu sedang bekerja di depan laptopnya, Koichi tetap datang menghampirinya dan menarik-narik bajunya. Ryutaro yang melihatnya hanya tersenyum, “Sepertinya hari ini Ichi-chan ingin dimanjakan olehmu,”
Kiyoharu akhirnya kembali menggendong Koichi, “Baiklah, aku akan menemanimu, tapi jangan macam-macam yah?” Kiyoharu menaruh Koichi dalam pangkuannya. Koichi kelihatan senang. Ia memperhatikan Kiyoharu yang masih sibuk dengan urusannya di depan laptop. Sesekali ia juga mencoba mengambil kertas di hadapannya, namun Kiyoharu cepat-cepat mengambilnya kembali dan meletakkannya jauh dari jangkauan Koichi. Sementara Ryutaro sedang asyik menggunakan ipadnya.
Koichi kembali mengulurkan tangannya, hendak menyentuh keyboard laptop yang sedang digunakan oleh Kiyoharu. Ia baru saja menyentuh ujung laptop itu ketika Kiyoharu cepat-cepat memegang tangan Koichi. “Ichi-chan,” Kiyoharu memasang tampang cemberutnya di hadapan Koichi, membuat tangan mungil Koichi jadi beralih memegang wajahnya sambil mengatakan sesuatu yang tidak jelas.
Ryutaro melihat ke arah mereka berdua sambil tersenyum. Rasanya saat ini ia adalah orang yang paling bahagia, bisa tinggal bersama dengan orang yang ia cintai dan merawat anak mereka bersama-sama. Meskipun keluarga barunya ini harus disembunyikan sementara dari publik, tapi Ryutaro tetap saja merasa senang. Kali ini Kiyoharu mencium lembut kening Koichi saat Koichi baru saja melepaskan tangan mungilnya dari rambut Kiyoharu. Ya, bagi Ryutaro, ini semua sudah cukup untuknya. Sebuah keluarga baru yang bahagia.
“Ryu-chan, dua hari lagi kita akan berangkat ke Chiba, kau sudah siap-siap?” tanya Kiyoharu.
“Ya, sebagian sudah kusiapkan tadi, sisanya besok. Sekarang tinggal mengerjakan hal-hal yang harus kukerjakan supaya di Chiba nanti kita bisa lebih santai,” jawab Ryutaro.
“Oke, jangan lupa, kau juga harus menjaga kondisimu,” ujar Kiyoharu.
“Tentu saja,” Ryutaro kembali menggunakan ipadnya.
Beberapa lama kemudian, Koichi malah tertidur di atas pangkuan Kiyoharu sambil memeluknya. Dengan tangan kirinya, Kiyoharu menahan tubuh Koichi supaya tidak jatuh dan tangan kanannya kembali menggunakan laptopnya.
“Kalau kau kesulitan, biar aku bawa Ichi-chan ke kamar,” ujar Ryutaro sambil menghampiri Kiyoharu. Namun begitu Ryutaro akan mengambil Koichi, Koichi terbangun dan seolah menolak untuk berpisah dari ayahnya.
“Ichi-chan, ayo,” bujuk Ryutaro.
“Sudah, tidak apa-apa kok, Ryu-chan. Biarkan Ichi-chan disini dulu. Tadi kan kau sendiri yang memintaku untuk memanjakannya,” Kiyoharu membelai lembut rambut Koichi, menenangkannya hingga kembali tertidur.
“Kau tidak kerepotan kan?” tanya Ryutaro.
”Tidak,” jawab Kiyoharu sambil tersenyum.
Ryutaro mengambil sebuah kursi lalu duduk di samping Kiyoharu, “Kalau begitu aku juga akan menemanimu,”
“Kau tidak istirahat?” tanya Kiyoharu.
“Aku belum lelah,” jawab Ryutaro.
Kiyoharu menatap Ryutaro sebentar, “Apa kau cemburu kalau aku sekarang lebih memperhatikan Ichi-chan daripada dirimu?” ujarnya sambil tersenyum.
“Tidak kok,” elak Ryutaro. “Aku hanya ingin berada di dekat anakku,”
“Oh, jadi sekarang kau yang tidak peduli padaku?”
“Bukan begitu,” ujar Ryutaro lagi. “Aku hanya ingin berada di dekat kalian berdua,”
Kiyoharu kembali tersenyum. Tanpa membangunkan Koichi yang masih ada di atas pangkuannya, ia merangkul Ryutaro sebentar, “Tapi kau jangan lupa istirahat yah, ingat, masih ada adiknya Koichi,”
“Iya, tenang saja,”
***
1 hari sebelum berangkat menuju ke Chiba
Ryutaro mulai memasukkan baju-baju yang ingin dibawanya ke dalam koper besar.  Di ruang tengah, Koichi sedang mencoba meraih Kuro, kucing milik Ryutaro yang malah berlari menghindarinya.
“Ichi-chan, jangan mengganggu Kuro,” ujar Ryutaro setelah menutup kopernya. Tapi Koichi sepertinya tidak peduli dan kembali mencoba mengejar Kuro. Namun tiba-tiba ia jatuh terjerembab ke lantai dan pelan-pelan mulai menangis.
“Nah, sudah kubilang kan, jangan mengganggu Kuro,” Ryutaro menggendong Koichi dan menenangkannya sambil memeriksa keadaannya. Untung Koichi tidak terluka, hanya mungkin ia merasa sakit karena terjatuh. “Sudah, jangan menangis ya?” Ryutaro mengelus rambut Koichi.
Suara bel pintu di apartemen itu mengalihkan perhatian Ryutaro, sambil menggendong Koichi, ia membuka pintunya. “Tadashi-kun, Naka-chan,” sapanya saat melihat Tadashi dan Akira datang.
“Hai, Ryu-chan,” sapa Akira, sementara Tadashi langsung memegang tangan Koichi, “Hey, Ichi-kun, kenapa kau menangis?”
“Ichi-chan barusan jatuh, tapi dia tidak apa-apa kok,” jawab Ryutaro.
“Ah, iya, kami membawakan ini untuk Ichi-kun,” Tadashi menunjukkan satu kantong plastik yang ia bawa.
“Apa itu?” tanya Ryutaro.
“Kaos dari tur kita, aku buat khusus untuk Ichi-kun,” jawab Tadashi sambil masuk ke dalam apartemen bersama Akira.
“Wah, terima kasih, Dashi-kun,” Ryutaro terlihat senang.
“Kau mau pergi, Ryu-chan?” tanya Akira setelah memegang tangan Koichi yang masih digendong oleh Ryutaro. Koichi sekarang sudah berhenti menangis.
“Ya, aku mau pergi bersama Kiyoharu-san besok,”
“Kemana?” tanya Tadashi.
“Chiba,” jawab Ryutaro senang.
“Heeeeh? Kalian akan pergi sekeluarga kesana?” tanya Akira.
“Ya, tentu saja. Ichi-chan juga akan ikut. Aku akan mengajaknya berkeliling Chiba nanti,” jawab Ryutaro.
“Rasanya menyenangkan sekali ya bisa kembali ke Chiba,” ujar Tadashi.
“Kalian mau ikut?” tanya Ryutaro.
“Hah? Tapi kau kan bersama Kiyoharu,” ujar Akira.
“Kita bertemu disana saja. Bagaimana?” ajak Ryutaro.
Akira dan Tadashi terdiam, “Boleh saja sih,” jawab Tadashi kemudian.
“Mudah-mudahan tidak ada acara penting minggu ini,” tambah Akira.
***
Hari keberangkatan
Kiyoharu membawa koper besar berisi segala keperluannya bersama Ryutaro. Sementara Ryutaro sendiri masih asyik mengecek barang bawaannya sebelum berangkat.
“Kau yakin sudah membawa semua yang kau perlukan? Perlengkapan untuk Koichi juga sudah?” Kiyoharu memakai sebuah tas ransel juga, tas itu berisi baju-baju milik Koichi.
“Sudah semua. Kuro dan Kuu-chan juga sudah dititipkan,” jawab Ryutaro sambil menutup risleting tasnya. “Kita akan berada disana selama 4 hari kan?”
“Kurang lebih begitu,” jawab Kiyoharu. “Tapi besok mungkin aku harus menyiapkan konserku, jadi besok aku tidak bisa sering-sering menemanimu,”
“Tidak apa-apa,” jawab Ryutaro sambil tersenyum. “Aku bisa berjalan-jalan bersama Ichi-chan,” Ryutaro menghampiri Koichi yang sedang duduk di dekatnya, memakaikan sweater dan sepatu untuk Koichi juga sebuah topi hangat untuknya.
“Ichi-chan, kawaii nee,” ujar Kiyoharu melihat anaknya itu sambil tersenyum.
“Un,” Ryutaro menganggukkan kepalanya. “Senang sekali bisa memilikinya,” Ryutaro mengambil sebuah gendongan bayi dan kemudian menaruh Koichi dalam gendongan itu. Ryutaro lalu memakai topi dan kacamata hitamnya. Sementara Koichi sudah tenang dalam gendongannya. “Ayo kita pergi,” ajak Ryutaro stelah mengambil tasnya.
“Oke,” Setelah memastikan kondisi apartemennya sudah aman, Kiyoharu dan Ryutaro segera pergi menuju ke stasiun kereta untuk menaiki kereta menuju Chiba.
***
Tokyo Station
Kiyoharu menemui beberapa staffnya yang sudah menunggu di lorong bawah tanah Tokyo Station. Setelah memastikan semuanya sudah siap, mereka lalu menuju ke tempat menunggu para penumpang jalur Sobu. Wataru – salah satu teman sekaligus staff Kiyoharu- menoleh ke arah Ryutaro yang masih menggendong Koichi. Koichi tampak hanya terdiam memperhatikan sekitarnya. “Ini pasti Koichi ya?” tanya Wataru sambil mendekati Koichi.
“Ya,” jawab Ryutaro.
“Hai, Koichi-kun,” sapa Wataru namun Koichi malah membalikkan badannya dan membenamkan kepalanya di dada Ryutaro. Ryutaro tertawa melihatnya.
“Dia takut padamu, Wataru-san,” komentar Ryutaro.
“Wah, Koichi-kun, jangan takut padaku,” bujuk Wataru.
Kiyoharu tersenyum, “Sepertinya dia mewarisi sifat mamanya ya,”
“Kelihatannya begitu,” ujar Ryutaro.
Tak lama kemudian, kereta yang akan mereka naiki tiba. Bersama dengan rombongan yang lain, Kiyoharu dan Ryutaro menaiki kereta itu.
***
Dalam Perjalanan menuju Chiba
Koichi sudah duduk di atas pangkuan Kiyoharu sekarang, sedangkan di sampingnya Ryutaro sedang sibuk dengan ipadnya. Supaya tidak mengganggu Ryutaro, Koichi dibiarkan memegang boneka nekozirushi yang sudah berada dalam pelukannya. Kiyoharu iseng-iseng menggunakan handphonenya untuk memotret Koichi yang sedang memeluk nekozirushi.
“Ryu-chan, apa kita akan mampir ke rumahmu juga nanti?” tanya Kiyoharu.
“Ya, boleh saja. Sudah lama sekali aku tidak pulang kesana,” jawab Ryutaro.
“Lalu mereka sudah tahu soal Koichi?”
“Okaasan sudah tahu kok. Karena itu kita harus mampir sebentar kesana,” jawab Ryutaro.
“Jadi, Ichi-chan akan bertemu dengan keluargamu yah?”
“Kurasa mereka pasti senang,” ujar Ryutaro.
Koichi mengalihkan pandangannya kembali ke Ryutaro dan mencoba menggapainya. “Ichi-chan, jangan nakal begitu,”
“Ah,” Ryutaro teringat sesuatu. Ia menaruh ipadnya kembali ke dalam tas dan mengeluarkan sebungkus biskuit untuk balita. Lalu menyerahkan sepotong biskuit untuk Koichi. Koichi mengambilnya, namun ia tetap menggapai ke arah Ryutaro.
“Mungkin dia ingin berada di dekatmu,” ujar Kiyoharu sambil menyerahkan Koichi ke Ryutaro. Ryutaro menaruh Koichi di atas pangkuannya. Koichi memakan biskuitnya sambil melihat ke luar jendela. “Jangan lama-lama ya, nanti kau bisa pusing,” ujar Ryutaro.
Tak lama kemudian, Koichi terlihat bosan dan kembali diam sambil menikmati biskuitnya di atas pangkuan Ryutaro.
***
45 menit kemudian
Chiba Station
Akhirnya rombongan itu sampai ke Chiba. Ryutaro kembali menggendong Koichi. Ia terlihat senang. “Ah, Chiba-shi. Tadaima,” ujarnya.
“Okaeri, Ryu-chan,” sambut Kiyoharu sambil tersenyum.
“Tempat ini benar-benar mengingatkanku pada banyak kenangan yang indah,” Ryutaro lalu melihat ke arah Koichi, “Ichi-chan, lihat, ini adalah Chiba. Dulu aku dibesarkan disini,” Koichi melihat sekelilingnya sambil diam.
“Kita ke hotel dulu saja ya,” ujar Kiyoharu, namun ternyata Ryutaro tidak terlalu memperhatikannya.
“Wuaaah, Chiba monorail, dulu aku selalu pulang menggunakan monorail itu,” ujar Ryutaro saat melihat lintasan monorail di dekat stasiun tempat mereka turun. Koichi ikut-ikutan menoleh ke atas melihat monorail itu. “Tenang, Ichi-chan, nanti akan kuajak kau naik monorail itu,”
Kiyoharu tertawa kecil. “Kalian berdua jadi mirip begitu,” Kiyoharu lalu merangkul Ryutaro, “Setelah performku selesai, akan kutemani kalian berkeliling Chiba, bagaimana?”
“Boleh saja,” ujar Ryutaro.
“Sekarang kita ke hotel dulu ya,” ajak Kiyoharu. Mereka lalu menuju ke hotel bersama rombongan Kiyoharu yang lain. Koichi masih terdiam di gendongan Ryutaro. Sepertinya ia belum terbiasa dengan daerah ini.
***
Chiba Hotel
Kiyoharu segera melakukan meeting untuk performnya besok bersama para staff dan juga band pengiringnya. Malam ini rencananya ia juga akan menuju ke hall untuk persiapan acaranya besok. Otomatis Ryutaro dan Koichi hanya bisa menunggunya di hotel. Bosan menunggu di kamar hotel, Ryutaro akhirnya mengajak Koichi berjalan-jalan di sekitar hotel itu. Sambil menggendong Koichi, Ryutaro memakai kacamata hitamnya, sebuah tas kecil dan keluar dari area hotel itu. Rasanya nyaman sekali bisa kembali ke kampung halamannya ini. Sebenarnya ia sudah tidak sabar ingin menemui keluarganya, namun ia sudah berjanji untuk kesana bersama dengan Kiyoharu. Suasana di kota ini kembali membuatnya teringat dengan masa lalu, masa-masa awal dibentuknya Plastic Tree, sampai semua kenangannya saat sekolah dan juga saat ia mencintai seseorang yang sekarang sudah tidak pernah ia temui lagi.
Ryutaro mendesah. Entah kenapa ia kembali teringat dengan orang itu. Tarikan tangan kecil Koichi pada bajunya menyadarkan lamunannya. “Ah, Ichi-chan, kenapa?”
Koichi mengatakan sesuatu yang tidak jelas dan menarik-narik baju Ryutaro.
“Ada apa, kau mau apa?” tanya Ryutaro.
Koichi masih tetap menarik bajunya. Ryutaro agak bingung, tapi untungnya di dekatnya ada sebuah taman kecil. Ryutaro membawa Koichi duduk di salah satu bangku taman, “Kau haus ya? Sebentar yah,” Ryutaro menaruh tas kecil yang dibawanya dan mengambil sebotol susu yang sudah ia siapkan sebelumnya lalu menyerahkannya pada Koichi. Koichi segera meminum susunya sementara Ryutaro menaruh Koichi di atas pangkuannya dan memegangi botol susu yang sedang diminum oleh Koichi. Ia sempat tersenyum melihat Koichi yang kembali tenang.
Tanpa disadari oleh Ryutaro, ada seorang laki-laki yang sedang memperhatikan mereka dari kejauhan. Ia memperhatikan Ryutaro. “Apa itu benar-benar Ryu-chan? Tapi kenapa ia menggendong bayi?” gumam laki-laki itu.
***

(to be continued- bersambung ke part 2) ^^

No comments:

Post a Comment