Author: Ai Yagami Arimura Mori
Genre: yaoi,male pregnancy,humor
Pair: Kiyoharu X Ryutaro Arimura
Cast: Plastic Tree and Kiyoharu + SADS
BGM: samidare - Kiyoharu + balloon - Plastic Tree
Part 4
Kali ini Ryutaro butuh waktu agak lama untuk bangun dari tempat tidur. Perutnya yang terasa besar juga mulai menyulitkannya untuk menunduk ke bawah. Tapi Ryutaro masih tetap berusaha untuk melakukan semuanya sendiri. Kiyoharu yang melihat Ryutaro tampak kesulitan mengambil pakaiannya dan memakai sendalnya segera membantunya.
“Jadi repot yah,” ujar Ryutaro.
“Tidak apa-apa kok,” Kiyoharu tersenyum.
“Tapi kau jangan terlalu sering membantuku. Aku mau mencoba melakukan semuanya sendiri. Jadi kalau nanti kau ada urusan, aku tidak tergantung padamu,” kata Ryutaro.
“Baiklah, tapi kalau aku ada di dekatmu, aku pasti akan membantumu,” ujar Kiyoharu.
Ryutaro tersenyum lalu ia menuju ke kamar mandi. Setelah itu ia bersiap-siap untuk pulang bersama Kiyoharu. Hari ini mereka akan kembali pulang ke Tokyo. Sesampainya di Tokyo, Ryutaro masih harus melakukan persiapan tampil untuk sebuah acara TV.
Setelah membantu Ryutaro membereskan perlengkapannya, Kiyoharu menemani Ryutaro keluar dari kamar. Kiyoharu membawa koper mereka sementara Ryutaro membawa tas ranselnya yang tidak terlalu berat karena Kiyoharu dan teman-temannya sudah membawa barang-barang yang lebih berat. Mereka lalu berkumpul di lobby untuk menunggu manajer mereka melakukan check-out.
Ryutaro memperhatikan sekitarnya. Ia memilih duduk di kursi lobby ketika yang lainnya mengurusi check-out mereka.
Kali ini ia sudah bersiap-siap seandainya wanita yang kemarin mengganggu Kiyoharu muncul lagi. Tadinya ia merasa lega begitu wanita itu tidak muncul di area lobby itu, tapi kelegaannya tidak berlangsung lama. Ketika rombongan SADS sudah pergi duluan, wanita itu justru muncul tepat saat Kiyoharu dan Ryutaro yang memang pergi belakangan akan menuju ke pintu keluar.
“Ah, kita bertemu lagi,” ujar wanita itu sambil tersenyum. Sepertinya bekas tamparan Ryutaro telah ia tutupi dengan make-up.
Kiyoharu langsung menarik tangan Ryutaro. Meskipun Ryutaro berusaha untuk tetap berada disana.
“Kebetulan sekali, aku belum membalas perbuatanmu,” wanita itu menatap Ryutaro dengan pandangan benci.
Ryutaro menatapnya dengan pandangan yang tidak kalah tajamnya, “Ternyata yang kemarin belum cukup ya?”
“Ryu-chan, sudahlah,ayo,” ajak Kiyoharu.
Lagi-lagi wanita itu memperhatikan Ryutaro dari atas ke bawah. Ryutaro yang masih mengenakan baju yang lebar dan panjang, celana panjang, dan sendal favoritnya serta memakai kacamata sekarang memang berbeda jauh dengan stylenya yang selalu tampil dengan rok pendek dan high heels.
“Aku masih heran kenapa kau memilih orang seperti dia jadi pacarmu, Kiyo-chan. Sepertinya seleramu mengalami penurunan ya?” ejek wanita itu.
“Yah, anggap saja seperti itu. Yang jelas, dia memiliki apa yang tidak kau punya,” jawab Kiyoharu.
Wanita itu tertawa. “Dia memiliki apa yang tidak aku punya? Contohnya?”
Ryutaro melepaskan diri dari pegangan Kiyoharu. Ia lalu mendatangi wanita itu, “Dengar ya, aku sudah bilang padamu kan, jangan ganggu kami lagi, apa perlu aku bertindak lebih kasar lagi padamu?”
“Aku tidak takut pada ancamanmu,” wanita itu balas menantang Ryutaro. Begitu Ryutaro berada di dekatnya ia langsung menyerangnya dengan cara mendorong tubuh Ryutaro. Ryutaro sempat terdorong ke belakang dan dorongan wanita itu sempat mengenai bagian perutnya. Ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Wanita itu sempat tersentak, seakan menyadari sesuatu dan menatap Ryutaro lagi, “Oh, jadi kau hamil yah?”
Ryutaro tidak menjawabnya, ia hanya menatap wanita itu dengan pandangan tajam.
“Jangan bilang kau memakai kehamilanmu untuk memperdaya Kiyoharu ya? Siapa yang tahu kau pernah tidur dengan siapa saja sebelum Kiyoharu. Trik murahan,” ledek wanita itu.
“Kau sendiri juga sama. Setidaknya aku tidak mendekati orang hanya karena menginginkan popularitasnya dan uangnya saja,” balas Ryutaro yang dengan susah payah bisa kembali berdiri.
Wanita itu mengayunkan tangannya untuk menampar Ryutaro tapi sebelum Ryutaro sempat bertindak, Kiyoharu sudah lebih dulu menangkap tangan wanita itu, “Jangan sentuh dia lagi. Aku serius,” tegas Kiyoharu. Ia memegang tangan wanita itu dengan erat sampai wanita itu agak meringis kesakitan dan Kiyoharu baru melepaskan cengkeraman tangannya.
“Kenapa sih kau sampai begitu melindunginya? Dulu kau tidak seperti ini,” protes wanita itu.
"Itu karena aku benar-benar mencintai dia,” jawab Kiyoharu. Kali ini ia terlihat begitu serius. Ryutaro menatap Kiyoharu. Sepertinya kesabaran Kiyoharu juga sudah habis pada wanita ini. Bekas cengkeraman Kiyoharu terlihat sedikit memerah di pergelangan tangan wanita itu.
“Kalau kau sampai melukainya lagi, aku tidak akan pernah memaafkanmu seumur hidupku,” tegas Kiyoharu. Ia lalu mengajak Ryutaro pergi. Tapi Ryutaro tetap berada disana, menatap wanita itu yang masih memegangi pergelangan tangannya.
“Sebaiknya mulai sekarang kau melupakan Kiyoharu-san. Ini untuk kebaikanmu sendiri,” tegas Ryutaro.
Wanita itu masih terlihat kesal. Sepertinya ia masih ingin membalas tamparan Ryutaro padanya kemarin. Ryutaro juga sebenarnya ingin sekali memukul wanita ini lagi, tapi Kiyoharu kemudian menarik tangannya. Mereka sudah ditunggu oleh personil SADS yang lain yang sudah pergi duluan. Kiyoharu dan Ryutaro kemudian menuju ke tempat mereka. Ryutaro masih sempat mendengar wanita itu melancarkan protesnya. Ryutaro sempat menoleh ke arahnya dan mengacungkan jari tengah ke arah wanita itu.
Kiyoharu langsung merangkul Ryutaro dan tertawa, “Sejak kapan kau jadi tidak sopan begitu?”
“Memangnya tidak boleh? Aku rasa kita tidak perlu sopan-sopan terhadapnya,” jawab Ryutaro dengan nada kesal.
Kiyoharu hanya tersenyum dan mencium kening Ryutaro. “Kau tidak apa-apa kan? Perutmu tidak sakit?”
“Tidak apa-apa,” jawab Ryutaro singkat. Tampangnya masih terlihat kesal.
“Kau masih kesal yah?” tanya Kiyoharu.
Ryutaro hanya diam. Ia sebenarnya memang masih marah. Tapi entah kenapa tak lama kemudian emosinya mereda. “Aku tidak mau berurusan dengan wanita itu lagi,”
“Tenang saja, aku juga sudah lelah berurusan dengan dia,” ujar Kiyoharu.
*
Sesampainya di Tokyo, Ryutaro mulai disibukkan dengan kegiatannya yang baru yaitu persiapan tampil di sebuah acara musik di sebuah stasiun TV terkenal. Karena berat badan Ryutaro yang mulai bertambah, ia harus menyiapkan kostumnya sendiri dan harus bisa menutupi perutnya yang mulai membesar.
Untungnya di acara itu jadwal penampilan Plastic Tree memang tidak lama, jadi Ryutaro bisa cukup beristirahat setelahnya.
Kali ini kebetulan Kiyoharu bisa mengantarnya menuju ke stasiun TV tersebut, meskipun Kiyoharu tidak bisa menemaninya masuk ke dalam.
Ketika sedang menuju ke stasiun TV tersebut, Ryutaro hanya memegangi perutnya. Kiyoharu yang sedang menyetir mobilnya terlihat sedikit cemas.
“Kenapa, Ryu-chan?”
“Tidak, hanya saja, perutku sedikit sakit sekarang, entah kenapa,” jawab Ryutaro.
“Kau sudah minum vitaminnya kan?” tanya Kiyoharu.
“Sudah kok,” jawab Ryutaro. “Mungkin ini karena dia sedang aktif-aktifnya di dalam perutku,”
“Dia menendangmu terus yah?” tanya Kiyoharu sambil sekilas menatap ke arah Ryutaro.
“Ya, dia tidak bisa diam,” jawab Ryutaro sambil tersenyum. “Kata dokter setelah ini kau harus siap-siap, aku bisa saja melahirkan sewaktu-waktu,”
“Iya, aku tahu. Kau tenang saja. Makanya kau sekarang jangan terlalu aktif dulu,” ujar Kiyoharu.
Ryutaro kembali terdiam dan memegangi perutnya lagi.
“Kiyoharu-san, seandainya anak ini bukan anakmu bagaimana?” tanya Ryutaro pelan.
“Bodoh, kau memikirkan perkataan wanita itu ya? Jangan dipikirkan. Aku yakin kok dia itu anakku,” ujar Kiyoharu. Lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, jadi Kiyoharu mempunyai sedikit waktu untuk menatap Ryutaro, “Memangnya dengan siapa lagi kau melakukannya?”
“Kau kan tidak tahu apa yang kulakukan kalau kau tidak ada,” kata Ryutaro lagi.
Kiyoharu memegang tangan Ryutaro, “Ryu-chan, kalau kau memang orang yang seperti itu, kau tidak akan segugup itu waktu kita pertama kali melakukannya. Aku percaya padamu, jadi hilangkan pikiran negatif itu dari pikiranmu. Jangan dengarkan kata-kata orang lain yang menuduhmu macam-macam,” Kiyoharu menggenggam tangan Ryutaro, “Lagipula aku yakin kau bukan tipe orang yang suka selingkuh,”
Begitu lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau, Kiyoharu melepaskan genggaman tangannya dan kembali menyetir.
“Memang benar sih,” ujar Ryutaro perlahan.
“Sudah, jangan pikirkan kata-kata wanita itu lagi,” hibur Kiyoharu.
“Ya,” ujar Ryutaro sambil tersenyum.
*
Penampilan Plastic Tree di acara TV itu disambut meriah oleh para fansnya yang sudah menunggu penampilan mereka sejak mereka vakum sementara. Memang acara ini bukan berarti Plastic Tree akan kembali melakukan tour, tapi setidaknya bisa mengobati kerinduan para fansnya yang ingin bertemu dengan mereka. Ryutaro langsung beristirahat di sofa setelah mereka tampil. Akira segera menghampirinya, “Sekarang sudah 7 bulan ya Ryu-kun?”
“Ya, tinggal 2 bulan lagi dia akan lahir,” jawab Ryutaro.
“Aku jadi tidak sabaran ingin melihat seperti apa dia,” ujar Tadashi.
“Aku juga begitu,” komentar Ryutaro sambil tersenyum.
“Kau sudah menyiapkan nama untuknya?” tanya Kenken.
“Belum,” jawab Ryutaro, ia kembali mengusap perutnya. “Aku bahkan belum tahu jenis kelaminnya,”
“Eeeeh? Kenapa tidak kau tanyakan saja ke dokter kandunganmu?” tanya Kenken lagi.
“Tidak, nanti saja. Yang penting dia selamat. Kiyoharu-san juga bilang begitu,” jawab Ryutaro. Ia lalu mengambil i-padnya dan mulai mengecek twitternya. Seperti biasa banyak mention yang masuk untuknya. Bahkan Kiyoharu pun mengirimkan mention untuknya. Sambil tersenyum, Ryutaro membalas mention Kiyoharu. Tapi kemudian ada seseorang yang tampaknya langsung menanggapi pembicaraan mereka berdua. Tadinya Ryutaro menganggapnya hanya fans biasa. Tapi entah kenapa akhirnya ia membuka profil orang itu juga.
Ryutaro sedikit kaget melihat timeline orang itu yang dipenuhi dengan mention ke dirinya dan juga Kiyoharu. Malah sepertinya ia sangat terobsesi dengan dirinya hingga setiap saat ia selalu mengirimkan mention ke dirinya. Ia juga sepertinya meneror Kiyoharu dengan kata-kata yang sedikit tidak menyenangkan setiap kali Kiyoharu mengirimkan mention untuknya.
“Kenapa, Ryu-kun?” tanya Tadashi yang melihat perubahan ekspresi pada wajah Ryutaro.
“Aneh, orang ini, dia hanya menjadi followers aku dan Kiyoharu-san. Semua timeline-nya dipenuhi oleh mentionnya padaku dan Kiyoharu-san,” jawab Ryutaro sambil menyodorkan i-padnya ke Tadashi.
“Wah, aneh juga. Mungkin dia terobsesi padamu dan Kiyoharu-san. Kalian kan terlihat dekat sekali di twitter,” jelas Tadashi.
“Tapi, sepertinya dia agak kurang suka dengan Kiyoharu-san, lihat saja,” Ryutaro menunjukkan sebuah mention dari orang itu ke Kiyoharu yang intinya meminta Kiyoharu tidak terlalu dekat dengan Ryutaro.
“Hmmm, berani juga dia,” komentar Tadashi.
“Dia pasti stalkermu, Arimura-san,” tambah Kenken.
“Stalker??”
“Ya, stalker. Dia terlalu terobsesi padamu, Arimura-san,” ujar Kenken.
“Sebaiknya kau berhati-hati saja, Ryu-kun,” saran Akira.
Ryutaro hanya menganggukkan kepalanya.
*
Usia kehamilan 8 bulan
Sejak peristiwa itu, Ryutaro mulai berhati-hati setiap ia akan pergi kemana-mana. Perutnya juga semakin terasa berat. Membuatnya kadang malas jalan. Kiyoharu sekarang sedang berada di Shinjuku untuk membuka toko aksesorisnya yang baru. Jadi ia hanya berada di apartemen sendirian. Sejak Ryutaro tahu soal stalkernya di twitter, Ryutaro makin berhati-hati bila berada di luar. Akhir-akhir ini juga Ryutaro sering merasa seperti diikuti oleh seseorang, tapi ia masih beranggapan mungkin saja itu karena kekhawatirannya yang berlebihan terhadap stalker itu.
Ryutaro baru saja menjalani pemeriksaan di dokter kandungannya. Tadi ia mendapatkan hasil USG bahwa anak yang ada di kandungannya adalah laki-laki. Ryutaro tampak senang mendapatkan kabar itu. Meskipun nanti anaknya perempuan pun, ia akan tetap senang juga. Yang terpenting ini adalah buah cintanya dengan Kiyoharu dan anak ini tetap sehat, meskipun beberapa kali Ryutaro sempat mengalami rasa sakit pada perutnya.
Hari ini, Ryutaro ingin memberikan sebuah kejutan untuk Kiyoharu. Rencananya ia akan memasak makanan untuk menyambut kepulangan Kiyoharu nanti. Sekali-sekali ia ingin memasakkan sesuatu untuk Kiyoharu dan bukannya makan di luar seperti biasanya atau menunggu Kiyoharu memasakkan sesuatu untuknya.
Ryutaro menyemangati dirinya sendiri dan mulai belanja untuk mempersiapkan makan malam mereka. Kiyoharu pasti pulang malam hari ini, ia sudah berjanji untuk pulang cepat setelah acaranya selesai. Hari ini, ia akan membuatkan sukiyaki untuk Kiyoharu, karena itu ia lalu beranjak ke sebuah toko daging untuk membeli daging sukiyakinya. Saat sedang memilih-milih daging yang akan dibelinya, Ryutaro merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Ryutaro menoleh, tapi tidak ada orang yang mencurigakan berada di belakangnya. Semuanya sedang sibuk belanja. Ryutaro kemudian meneruskan memilih. Kali ini ia merasakannya lagi. Ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Ryutaro mencoba mengacuhkannya dan melanjutkan belanjanya. Setelah membeli daging dan semua bahan-bahan yang lainnya, Ryutaro pun pulang. Lagi-lagi ia merasa diikuti oleh seseorang.
Ryutaro mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Kiyoharu namun sepertinya Kiyoharu tidak dapat menjawabnya. Mungkin ia sedang sibuk. Ryutaro kemudian mengirimkan email ke Tadashi dan memberitahukan keadaannya. Orang itu masih mengikutinya. Kali ini Ryutaro dapat melihatnya sekilas. Orang yang sedang mengikutinya mengenakan jas dan topi, perawakannya sedang dan tingginya setara dengan Tadashi. Ryutaro tadinya ingin langsung melabrak orang itu, walaupun Tadashi memberinya saran untuk memutar jalan supaya si stalker itu tidak dapat menemukan apartemennya. Ryutaro berjalan cukup cepat lalu membalikkan tubuhnya. Tapi stalker tadi sudah menghilang. Mungkin ia sedang bersembunyi.
Ryutaro cepat-cepat melanjutkan perjalanan pulangnya menuju ke apartemennya.
*
“Apa? Kau diikuti stalker?” tanya Kiyoharu kaget. Hampir saja ia tersedak bir yang ia minum begitu Ryutaro memberitahukan padanya kejadian yang baru dialaminya tadi.
“Ya. Tapi begitu aku mau menghadangnya, dia malah menghilang,” jawab Ryutaro sambil memasukkan daging sukiyakinya ke dalam hot pot. “Akhir-akhir ini juga sepertinya ada yang mengikutiku. Sejak aku tahu ada seseorang di twitter yang selalu mengirimiku mention yang aneh, aku jadi merasa diikuti orang akhir-akhir ini. Tadinya aku pikir itu perasaanku saja,” jelas Ryutaro.
“Tunggu dulu, mention yang aneh? Maksudmu?” tanya Kiyoharu heran.
Ryutaro dengan susah payah bangun dan mengambil i-padnya. Ia lalu membuka twitternya dan mengecek mention untuknya. Benar saja, orang itu mengirimkan mention lagi untuknya. Ia lalu menyerahkan i-padnya pada Kiyoharu. Kiyoharu membacanya dan agak kaget melihat mention dari orang itu yang mengatakan kalau Ryutaro tampak cantik dan ingin makan bersamanya.
“Apa mungkin dia stalker yang sama yang ada di twitter ini? Sepertinya mention ini mencurigakan sekali,” tanya Kiyoharu lagi.
“Entahlah. Mungkin saja,” jawab Ryutaro. “Dia juga sepertinya tidak menyukaimu. Lihat saja, tiap kita saling berkomunikasi di twitter, dia langsung mengirimimu mention yang menunjukkan rasa tidak sukanya padamu,”
“Ya ampun, sepertinya aku harus mengawalmu kemana-mana setelah ini,” Kiyoharu melihat timeline orang itu dan makin heran dengan obsesi orang ini terhadap Ryutaro.
“Kalau dia membencimu, bukankah kau juga akan menjadi targetnya? Itu lebih berbahaya,” ujar Ryutaro.
“Ryu-chan, kalau stalker itu mengincarku justru tidak masalah, asalkan dia tidak mengincarmu. Dia bisa saja menculikmu dan menyekapmu. Bayangkan saja kalau itu terjadi, bagaimana dengan keselamatan dirimu nantinya? Bagaimana dengan anak kita?” ujar Kiyoharu.
“Benar juga,” gumam Ryutaro.
“Kalau aku tidak bisa bersamamu, aku akan meminta Tadashi-san, Kenken-san atau Akira-san untuk menemanimu. Pokoknya kau tidak boleh sendirian lagi,” ujar Kiyoharu lagi.
Ryutaro mengambil sepotong daging yang sudah cukup matang, “Baiklah. Lagipula, badanku jadi tambah berat sekarang. Malas rasanya pergi terlalu jauh,” Ia menaruh potongan daging itu di mangkok Kiyoharu.
“Tadi kau ke dokter kan? Bagaimana hasilnya?” tanya Kiyoharu sambil menaruh kembali i-pad Ryutaro ke atas meja kecil di dekat mereka.
“Anak kita laki-laki,” jawab Ryutaro sambil tersenyum.
“Laki-laki?” Kiyoharu tampak senang.
“Ya, dia sehat-sehat saja kok,” lanjut Ryutaro.
“Syukurlah. Jadi, kau memasak ini untuk merayakannya ya?” Kiyoharu tersenyum.
Ryutaro mengangguk. Tapi kemudian ia memegangi perutnya dan sedikit merintih kesakitan.
“Ryu-chan,” Kiyoharu segera menghampiri Ryutaro. “Oi, Ryu-chan, kenapa? Kau sakit? Ryu-chan,” Kiyoharu mulai panik. Sementara Ryutaro berusaha menahan rasa sakit di perutnya.
*
Ryutaro kembali terbangun di rumah sakit. Ia melihat Kiyoharu yang sedang memegang tangannya di sampingnya.
“Kenapa aku di rumah sakit lagi?” tanya Ryutaro.
“Aku khawatir padamu tadi. Kau pingsan lagi di rumah. Dokter bilang kau harus istirahat dulu. Sepertinya ada perubahan posisi pada janinmu. Kalau kau banyak beraktifitas bisa-bisa kau melahirkan prematur,” jelas Kiyoharu.
Ryutaro memegang perutnya. Ia dapat merasakan tendangan halus dari bayinya. “Tapi dia masih sehat kok. Dia masih aktif,” jawab Ryutaro.
“Iya, dia masih sehat,tapi untuk berjaga-jaga lebih baik kau istirahat dulu,” ujar Kiyoharu.
“Kiyoharu-san,” Ryutaro menggenggam tangan Kiyoharu.
“Ada apa?” Kiyoharu menatap Ryutaro.
“Aku tidak mau melahirkan bayi ini,” jawab Ryutaro pelan.
“Haaaah??” Kiyoharu tampak bingung dengan perkataan Ryutaro. “Kau itu ada-ada saja,”
“Aku suka dia berada dalam perutku. Membuatku merasa tidak sendirian lagi. Seandainya saja dia tidak perlu dilahirkan, pasti menyenangkan,” ujar Ryutaro lagi.
Kiyoharu tertawa. “Memangnya kau mau dia terus-terusan dalam perutmu, Ryu-chan? Kalau kau memang ingin punya anak lagi ya kita buat lagi saja setelah dia lahir,”
Ryutaro langsung memalingkan wajahnya dari Kiyoharu, “Pikiranmu langsung kesitu saja,”
“Tapi kau menyukainya kan? Kau sendiri juga menginginkannya, akui sajalah,” goda Kiyoharu.
Ryutaro tidak berkomentar apa-apa, ia malah hampir tersenyum. Kiyoharu memegang wajahnya dan membuatnya kembali menatapnya. Ia langsung mencium bibir Ryutaro.
Suara ketukan di pintu membuat Ryutaro segera mengakhiri ciumannya dan langsung menjauhkan wajahnya.
“Wah, sepertinya aku mengganggu yah,” komentar Tadashi yang baru sampai ke kamar rumah sakit itu.
Kiyoharu tertawa, “Tidak kok. Cepat juga kau datang,”
“Ternyata timingku memang tidak tepat ya,” ujar Tadashi sambil tersenyum.
“Kau tahu darimana aku dirawat?” tanya Ryutaro.
Tadashi langsung menunjuk ke arah Kiyoharu, “Kiyoharu-san yang memberitahu lewat email,”
“Tadi aku sedang panik, makanya aku mengirimkan email ke teman-temanmu juga,” jelas Kiyoharu.
Setelah mereka bertiga berbincang-bincang sebentar, Kiyoharu lalu mengajak Tadashi keluar dari kamar, “Kau tahu soal stalker yang mengikuti Ryu-chan?” tanya Kiyoharu.
“Ya, dia mengikuti Ryu-kun sampai di dunia nyata ya?”
Kiyoharu menganggukkan kepalanya, “Kita harus melakukan sesuatu sebelum stalker itu bertambah nekat,”
“Bagaimana kalau kita jebak dia, lalu kita laporkan ke polisi?” saran Tadashi.
“Ide yang bagus,” Kiyoharu tampak setuju.
*
“Kiyoharu-san, bagaimana dia tahu kalau aku dirawat?” tanya Ryutaro agak panik setelah ia melihat mention yang ditujukan padanya dari stalker yang setia mengiriminya mention.
“Mungkin hanya kebetulan saja, Ryu-chan, kau jangan panik dulu,” jawab Kiyoharu sambil menenangkan Ryutaro. Ia lalu meminjam i-pad Ryutaro.
“Kau pakai i-padku dulu saja ya,” ujarnya. Ia memberikan i-pad miliknya ke Ryutaro.
“Eh? Tapi....,”
“Ini supaya kau tidak terganggu lagi,” ujar Kiyoharu. Ia lalu keluar sambil membawa i-pad Ryutaro. Jika stalker itu tahu Ryutaro dirawat, dia pasti ada di sekitar sini. Kiyoharu membuka twitter di i-pad milik Ryutaro. Ia memperhatikan mention dari stalker itu kemudian memperhatikan orang-orang yang ada disana. Bila mention itu baru saja masuk, berarti dia masih ada disini dan sedang mencari kamar Ryutaro. Sebuah mention dari stalker itu muncul lagi. Kiyoharu membalasnya. Lalu memperhatikan orang di sekelilingnya. Ada seorang laki-laki yang sedang duduk di ruang tunggu, dia sedang asyik dengan handphonenya dan sepertinya sedang tersenyum sendiri. Kiyoharu mulai mencurigainya karena ada sebuah mention lagi yang masuk dan menyatakan kalau ia bahagia dengan balasan dari Ryutaro.
Kiyoharu segera duduk di samping laki-laki itu begitu melihat kursi di sampingnya kosong. Orang itu sepertinya tidak menyadarinya. Ia masih asyik dengan handphonenya dan Kiyoharu dapat melihat sekilas kalau ia sedang membuka twitter.
“Sepertinya menarik yah?” tegur Kiyoharu.
Laki-laki itu dengan kaget menoleh dan makin kaget melihat Kiyoharu ada di sampingnya. “Ki.. Kiyoharu-san....,”
“Rupanya kau yang selama ini jadi stalkernya Ryu-chan yah?” tanya Kiyoharu.
“A.. apa? Bukan...,” Laki-laki itu mencoba mengelak.
Kiyoharu tersenyum lalu menunjukkan i-padnya, “Sayang sekali, tadi itu aku yang membalasnya, bukan Ryu-chan,”
Laki-laki itu menatap Kiyoharu, “Kau.....” Ekspresi wajahnya sesaat berubah. Sepertinya ia kesal.
“Tolong ya, jangan mengganggu Ryu-chan lagi. Kalau kau memang mengidolakannya, jangan lakukan hal seperti ini, menjadi stalkernya dan mengikutinya kemanapun. Itu hanya akan membuatnya takut, kau mengerti?” ujar Kiyoharu.
Laki-laki itu terdiam, “Kau yang tidak mengerti. Kau tidak akan mengerti betapa aku mengagumi Ryutaro-kun. Dia itu segalanya,”
“Percayalah, aku mengerti kok,” ujar Kiyoharu, “Karena itu jangan lakukan hal ini lagi. Lebih baik kau mengaguminya tapi dalam batas-batas yang wajar dan tidak menjadi stalkernya lagi. Kalau kau masih nekat, kau terpaksa berakhir di kantor polisi sekarang,”
“Kau sendiri juga harus menjauhinya,” protes laki-laki itu.
“Wah, kalau soal itu aku tidak bisa. Maaf saja,” jawab Kiyoharu. Ia lalu berdiri, “Sekarang kau tinggal pilih, mau menjauhi Ryutaro atau masuk ke penjara?”
“Ryutaro-kun tidak akan melaporkanku,” laki-laki itu tampak marah.
“Kiyoharu-san,” panggil Ryutaro tepat sebelum laki-laki itu memukul Kiyoharu. Laki-laki itu menoleh dan melihat Ryutaro yang berjalan ke arah mereka.
“Ryu-chan, kenapa kau kesini?” Kiyoharu baru saja ingin menghampiri Ryutaro tapi laki-laki itu sudah lebih dulu ke arahnya.
“Ryutaro-kun, kau tidak keberatan kan? Kau tidak keberatan aku ada di dekatmu kan?” ujar laki-laki itu.
“Maaf, aku tidak suka dengan caramu, tolong berhentilah mengikutiku,” ujar Ryutaro. Ia agak takut melihat laki-laki ini.
“Aku menyukaimu, Ryutaro-kun, aku memujamu,” laki-laki itu mendekati Ryutaro. Ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh Ryutaro namun Ryutaro lebih dulu menangkap tangannya dan melaporkannya ke petugas keamanan.
“Sepertinya kau sudah tahu rencanaku yah?” komentar Kiyoharu begitu urusan mereka dengan stalker itu selesai.
“Kebetulan aku memikirkan hal yang sama denganmu untuk menjebak stalker itu, tapi kau duluan yang melakukannya,” ujar Ryutaro.
*
Usia kehamilan 9 bulan
Ryutaro sudah kembali berada di apartemennya. Akhir-akhir ini ia menjadi sangat gelisah. Mungkin karena waktu melahirkannya yang sudah dekat. Berulang kali ia tidak bisa tidur di malam hari. Entah kenapa ia merasa gugup menghadapi hari persalinannya.
“Ryu-chan, jangan mondar mandir begitu, duduk saja yang tenang,” ujar Kiyoharu yang sedang menulis lirik lagu dan melihat Ryutaro berulang kali berjalan-jalan di sekitarnya. Ada saja yang ia lakukan, mulai dari mengambil makanan, membersihkan ruangan dan sebagainya.
“Aku jadi khawatir,” ujar Ryutaro.
“Tenanglah, kalau kau seperti itu, kau hanya akan pusing sendiri,” ujar Kiyoharu.
“Kau kan tidak merasakannya,” protes Ryutaro.
“Memang aku tidak merasakan apa yang kau rasakan sekarang, tapi aku juga khawatir,” Kiyoharu akhirnya benar-benar mengalihkan perhatiannya dari lirik lagunya dan menatap Ryutaro.
Ryutaro akhirnya duduk di samping Kiyoharu. “Hari ini tepat 9 bulan, sebentar lagi dia akan lahir, aku benar-benar gugup memikirkannya,”
“Kau masih mau mempertahankan dia dalam perutmu?” tanya Kiyoharu.
“Tapi itu tidak mungkin kan?” jawab Ryutaro.
Kiyoharu tertawa kecil, “Tentu saja tidak mungkin. Aku akan menemanimu saat kau melahirkan, tenang saja,”
*
Beberapa hari kemudian, Ryutaro merasakan kontraksi hebat di perutnya. Kiyoharu langsung cepat-cepat membawanya ke rumah sakit. Di rumah sakit, dokter segera menanganinya, sementara Kiyoharu memegang tangan Ryutaro yang sudah dibawa menuju ke ruangan persiapan operasi.
“Jangan takut,” ujar Kiyoharu mencoba menenangkan Ryutaro yang terlihat takut. “Semuanya akan baik-baik saja,”
Ryutaro hanya menatap Kiyoharu dengan pandangan khawatir. Kiyoharu lalu menghubungi teman-temannya untuk mengabarkan bahwa Ryutaro akan melahirkan.
Beberapa saat kemudian, Ryutaro segera dibawa masuk ke ruang operasi. Kiyoharu menunggu diluar dengan cemas. Ia belum pernah merasakan kecemasan seperti ini sebelumnya. Semuanya terasa begitu lama. Satu per satu, teman-teman Ryutaro dari Plastic Tree dan teman-teman Kiyoharu dari Sads mulai datang ke rumah sakit.
“Ryu-kun masih di dalam yah?” tanya Akira begitu bertemu Kiyoharu.
“Ya,” jawab Kiyoharu. Akira menepuk bahu Kiyoharu, “Tenanglah, dia pasti baik-baik saja,” hiburnya.
“Ya, Kiyoharu-san, semuanya pasti akan baik-baik saja,” ujar Go, drummer Sads.
“Aku harap begitu,” ujar Kiyoharu. “Aku tidak pernah membayangkan bisa secemas ini padanya,”
“Itu wajar saja. Ini kan anak pertama kalian,” ujar Kaz, gitaris Sads.
Kiyoharu duduk sambil menunggu dokter keluar dari ruang operasi. Baru kali ini ia merasa waktu lama sekali berlalu. Ia berdoa supaya Ryutaro dan anaknya selamat. Sampai akhirnya dokter keluar dan memberikan kabar bahagia untuknya. Anaknya telah lahir. Seorang bayi laki-laki yang sehat.
Kiyoharu terlihat lega dan senang. “Aku sudah bisa bertemu dengannya?”
“Kami akan membawa Arimura-san ke ruang pemulihan. Setelah itu anda baru bisa menjenguknya,” jawab dokternya.
“Selamat, Kiyoharu-san,” satu per satu orang yang ada disana memberinya ucapan selamat. Kiyoharu tersenyum bahagia.
*
Ryutaro menggendong bayinya. Ia masih agak sedikit bingung dengan cara-cara menggendong bayi yang benar dan suster-suster disana banyak mengajarinya soal itu. Karena bekas operasinya tidak memungkinkan ia beraktivitas seperti biasa, terpaksa jadwal kegiatan Plastic Tree ditunda lagi selama sebulan.
“Hari ini kau sudah boleh pulang kok,” Kiyoharu masuk ke kamar rumah sakit tempat Ryutaro dirawat. Sudah beberapa hari Ryutaro dirawat disini dan kali ini dokter sudah membolehkannya pulang. Ada banyak hadiah yang dikirimkan oleh teman-teman mereka dan Kiyoharu sudah membawa hadiah-hadiah tersebut ke apartemen mereka.
Ryutaro memegang jari tangan anaknya, “Lucu sekali ya dia. Masih kecil sekali, rasanya dia begitu rapuh,” ujar Ryutaro.
“Ya, tentu saja, dia kan masih bayi,” Kiyoharu menghampiri Ryutaro yang masih memegangi tangan anaknya. “Dia mirip denganmu,”
“Eh? Masa?” Ryutaro menatap anaknya baik-baik.
Kiyoharu tertawa. “Iya, dia mirip denganmu. Sekarang, lebih baik kau siap-siap untuk pulang, biar aku yang menggendongnya,”
“Oke,” ujar Ryutaro sambil menyerahkan anaknya ke Kiyoharu. Kiyoharu segera menggendongnya.
“Aku sudah mempersiapkan semuanya di apartemen kita, jadi kau bisa memulihkan kondisimu sambil menjaga anak kita disana,” jelas Kiyoharu.
“Arigatou,” ujar Ryutaro sambil tersenyum.
“Ah iya, kau sudah menemukan nama yang bagus untuknya?” tanya Kiyoharu.
Ryutaro menganggukkan kepalanya sambil membereskan barang-barangnya, “Um. Koichi,”
“Koichi ya?” Kiyoharu membelai lembut anaknya, “berarti sekarang namamu itu Mori Koichi ya?”
“Mori Arimura Koichi,” ujar Ryutaro sambil pelan-pelan turun dari tempat tidur.
Kiyoharu hanya tersenyum. “Iya, iya,”
*
Sejak kelahiran Koichi, Ryutaro makin sering tidak tidur di malam hari karena harus menyiapkan susu untuknya. Ryutaro memang sudah terbiasa begadang, seperti halnya Kiyoharu, tapi ini berbeda dengan ketika mereka harus menyiapkan lagu atau mengedit lagu. Hari ini, jam 3 pagi, Koichi kembali menangis. Kiyoharu yang memang masih belum tidur segera menenangkannya sedangkan Ryutaro segera membuatkan susu untuknya. Begitu kembali, ia melihat Kiyoharu masih menenangkan bayinya. Ryutaro sempat tersenyum, rasanya menyenangkan juga bisa bersama Kiyoharu membesarkan anaknya.
“Tuh, mamamu sudah datang,” ujar Kiyoharu pada Koichi.
“Eh? Mama?” Ryutaro masih belum terbiasa dengan panggilan itu.
“Iya, kau kan mamanya,” Kiyoharu menyerahkan Koichi sambil tersenyum ke arah Ryutaro.
“Aku masih belum terbiasa dipanggil mama,” Ryutaro menggendong Koichi dan memberikan susu untuk Koichi.
Selagi Ryutaro memberikan susu untuk Koichi, Kiyoharu melanjutkan pekerjaannya, menciptakan sebuah lagu dan memainkannya dengan gitarnya. Sampai akhirnya Koichi terlihat sudah kenyang dan mulai mengantuk. Kiyoharu tiba-tiba memainkan lagu dari Plastic Tree. Spontan Ryutaro segera menyanyikannya, meskipun dengan sedikit pelan supaya tidak mengganggu tidur Koichi. Koichi tampak tenang berada dalam gendongannya. Matanya terpejam. Ryutaro tersenyum melihatnya. Ia mencium kening Koichi dan membawanya ke tempat tidur bayi milik Koichi. Ryutaro pelan-pelan membaringkan Koichi disana. Di samping tubuh Koichi ada boneka nekozirushi yang sengaja ia taruh disana. Terkadang Koichi suka menarik-narik nekozirushi, karena itu Ryutaro sengaja menaruhnya disitu. Ia lalu menghampiri Kiyoharu, “Sekarang giliranmu istirahat, jangan memaksakan dirimu,”
“Baiklah,” Kiyoharu lalu menaruh gitarnya, merapikan pekerjaannya dan beristirahat bersama Ryutaro.
*
Begitu keadaan Ryutaro mulai pulih, ia kembali disibukkan dengan kegiatannya bersama Plastic Tree. Ia terkadang menitipkan Koichi pada seorang saudaranya ketika mereka harus pergi tur. Kiyoharu sendiri juga sibuk dengan bandnya. Terkadang Koichi juga diajak ke studio rekaman oleh Ryutaro. Untungnya Koichi tidak terlalu rewel bila diajak ke studio. Mungkin ia sudah terbiasa. Ryutaro saat ini sedang beristirahat dari latihannya. Ia memperhatikan Koichi yang masih terlelap di kereta bayinya. Kemarin, ia dan Kiyoharu nyaris ketahuan oleh wartawan ketika akan mengajak Koichi jalan-jalan.
Ryutaro menyalakan rokoknya. Sudah beberapa hari ini, ia tidak bisa bertemu dengan Kiyoharu karena Kiyoharu sedang tur di luar kota. Jadwal mereka mulai sering bentrok, hingga jarang ada waktu untuk bertemu. Ryutaro jadi merindukan saat-saat mereka bisa bersama. Koichi sendiri juga sudah mulai bisa menggumamkan kata-kata meskipun masih tidak jelas. Membuatnya makin terlihat lucu bagi Ryutaro.
*
Tidak terasa sebentar lagi usia Koichi sudah dua tahun sekarang. Ia mulai sering memegang-megang dan menarik-narik benda yang ada di sekitarnya. Ia juga sudah mulai sering bergerak kesana kemari. Terkadang ia suka menarik-narik kabel yang ada di studio bila Ryutaro sedikit saja lengah mengawasinya. Kiyoharu sendiri juga harus ikut menjaganya karena ia mulai belajar berdiri dan berjalan malah terkadang ia suka menuju ke tempat-tempat yang agak tersembunyi.
Ketika Ryutaro baru saja ingin membuatkan makanan, tiba-tiba saja perutnya terasa tidak enak. Rasa mual langsung menyergapnya. Beberapa hari ini ia memang terkadang kembali merasa mual, terutama di pagi hari. Kiyoharu yang sedang menggendong Koichi menghampiri Ryutaro yang baru saja keluar dari kamar mandi, “Kenapa? Kau sakit?” tanya Kiyoharu.
“Mungkin,” Ryutaro beristirahat sebentar di sofa. Sebenarnya ia mulai curiga dengan keadaannya karena itu ia sempat membeli sebuah tes kehamilan. Ryutaro sedikit berharap kalau hasilnya negatif. Pelan-pelan ia mengambil alat test kehamilan itu dari saku celananya dan melihatnya.
“Usooo~,” ujarnya begitu melihat alat itu menunjukkan dua garis yang berarti.... Positif.
"Kenapa, Ryuchan?" tanya Kiyoharu yang melihat Ryutaro tiba-tiba terlihat kurang bersemangat.
"Aku hamil lagi, Kiyoharu-san," ujarnya pelan.
"Heeeh, jadi benar kata-katamu yah? Lain kali kita membutuhkan pengaman," ujar Kiyoharu sambil tersenyum.
Ryutaro hanya menghela nafasnya. "Koichi akan punya adik lagi," ujarnya kemudian.
OWARI
Koichi - hasil editan Morph Thing-
No comments:
Post a Comment