Wednesday, December 22, 2010

The Pregnancy Part 3


Author: Ai Yagami Arimura Mori
Genre: yaoi,male pregnancy,humor
Pair: Kiyoharu X Ryutaro Arimura
Cast: Plastic Tree and Kiyoharu + SADS
BGM: layra - Kiyoharu

Part 3

Usia kehamilan 6 bulan
Kiyoharu makin rajin mengecek kondisi Ryutaro tiap kali ia bepergian keluar kota. Terkadang ia juga mengajak Ryutaro ikut bersamanya untuk memastikan kalau Ryutaro tetap baik-baik saja. Ryutaro sendiri sudah mulai terbiasa dengan kehamilannya. Ia mulai banyak memakan buah-buahan dan sayuran-sayuran supaya nutrisi untuk anaknya terpenuhi.
Saat ini, Ryutaro dan Kiyoharu sedang menaiki shinkansen untuk menuju ke luar kota, tempat pertunjukkan SADS akan digelar. Sejak vakumnya Plastic Tree, Ryutaro memang punya banyak waktu luang untuk menemani Kiyoharu. Ryutaro menatap keluar jendela sambil memeluk boneka nekozirushi. Perutnya yang mulai membesar tidak terlalu terlihat karena ia mengenakan baju yang longgar dan menutupi perutnya.
“Kau lelah?” tanya Kiyoharu yang duduk di sampingnya.
“Tidak,” jawab Ryutaro. “Hanya saja kakiku mulai bengkak, terkadang itu membuatku malas jalan,”
“Bukannya dokter sudah memberimu obat untuk mengurangi rasa tidak nyaman itu kan?”
“Ya, tapi tetap saja tidak enak,” ujar Ryutaro. Beberapa saat kemudian ia memegang perutnya.
“Dia bergerak lagi?” tanya Kiyoharu.
Ryutaro tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Dia lumayan aktif juga,”
Kiyoharu tersenyum. “Sebenarnya aku ingin mengajakmu ikut naik ke stage, tapi aku jadi ragu-ragu,”
“Aku tidak keberatan kok, asal tidak ada yang mengenaliku saja,” ujar Ryutaro dengan semangat.
“Kalau begitu kau muncul dengan menggunakan topeng saja,” saran Kiyoharu.
“Boleh juga,” jawab Ryutaro sambil tersenyum.
“Tapi jangan terlalu aktif nanti,”
“Dia sudah kuat kok, jadi tenang saja,” ujar Ryutaro. Ia lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Kiyoharu. Kiyoharu merangkulnya.

*
Sesampainya di kota tujuan, Kiyoharu dan yang lainnya segera menuju ke hotel terlebih dulu untuk beristirahat. Setelah sampai di kota ini, Ryutaro merasakan ada yang sedikit berbeda dari Kiyoharu. Ia jadi sedikit pendiam, berbeda dari biasanya. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan olehnya.
“Kiyoharu-san, ada apa?” tanya Ryutaro.
“Hah?” Kiyoharu seperti tersadar dari lamunannya dan menatap Ryutaro, “Tadi kau menanyakan apa?”
“Ada apa? Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu,” tanya Ryutaro sambil menatap Kiyoharu. “Apa ada sesuatu tentang konser ini yang mengganggumu? Atau lebih baik aku kembali saja ke Tokyo?”
“Tidak, bukan itu masalahnya,” jawab Kiyoharu.
“Lalu ada apa?” tanya Ryutaro. Ia merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti ini. “Ceritakan saja padaku kalau kau ada masalah,”
“Nanti saja ya,” Kiyoharu membelai rambut Ryutaro lalu menuju ke manajer bandnya. Ada yang berbeda dengan Kiyoharu saat ini, Ryutaro dapat merasakannya. Tapi ia sama sekali tidak tahu kenapa Kiyoharu menutupi masalahnya. Sebuah gerakan halus kembali dirasakan Ryutaro.
“Kau juga khawatir yah?” gumam Ryutaro, ia mengelus perutnya. Kemudian ia melihat ke sekitarnya. Baru sekali ini ia mengunjungi hotel ini. Biasanya ia selalu menginap di hotel yang berbeda bila Plastic Tree menggelar konser di kota ini.
Hotel ini cukup bagus namun kemudian matanya menemukan seorang wanita yang sedang memperhatikan ke arahnya dan Kiyoharu. Tadinya Ryutaro tidak mempedulikannya, mungkin saja wanita itu fans dari Kiyoharu. Namun ada yang berbeda dari tatapan mata wanita ini yang terus-terusan menatap ke arah Kiyoharu. Ryutaro memperhatikan wanita itu. Pakaiannya terbuka dan menampilkan lekuk tubuhnya yang menggoda, bila dibandingkan dengan pakaian yang dikenakan Ryutaro saat ini memang sangat jauh berbeda. Wanita itu mengenakan gaun pendek dengan belahan dada yang lebar, high heels dan juga makeup yang membuat wanita itu benar-benar terlihat seksi, sedangkan Ryutaro hanya mengenakan kaos panjang dan lebar, celana panjang hitam dan sendal favoritnya.
Merasa tidak nyaman, Ryutaro akhirnya menghampiri Kiyoharu dan memegang tangannya. Kiyoharu langsung menoleh ke arah Ryutaro. “Ada apa?”
“Ada wanita yang sedang memperhatikanmu. Aku tidak suka dengan cara dia menatapmu,” jawab Ryutaro.
“Hah? Memangnya kenapa?” Kiyoharu jadi heran. Baru saja Ryutaro ingin menjawabnya ketika wanita itu menghampiri mereka.
“Ternyata benar itu kau, Kiyo-chan. Lama tidak bertemu ya?” sapa wanita itu.
Ryutaro langsung menoleh ke arah wanita itu.
“Ya, lama tidak bertemu,” balas Kiyoharu dengan malas-malasan. Sepertinya ia tidak ingin berurusan dengan wanita ini.
“Sedang ada kerjaan ya?” tanya wanita itu lagi.
“Ya begitulah,”
Wanita itu kemudian melihat ke arah Ryutaro yang berada di samping Kiyoharu dan sedang memegang tangan Kiyoharu. Ia memperhatikan Ryutaro dari atas ke bawah. Ryutaro merasa kesal dengan cara wanita itu memandangnya yang seakan-akan melihat Ryutaro seperti makhluk yang tidak ingin dia lihat berada di samping Kiyoharu. Membuatnya ingin sekali memukul wanita itu.
“Siapa dia?” tanya wanita itu dengan pandangan tidak suka pada Ryutaro.
“Kau tidak perlu tahu siapa dia,” jawab Kiyoharu.
“Salah satu korbanmu lagi ya, Kiyo-chan?” tanya wanita itu dengan nada menyindir. Kali ini Ryutaro benar-benar ingin memukul kepalanya dengan gitar. Sayangnya Kiyoharu malah merangkulnya dengan erat.
“Terserah apa katamu, yang jelas aku sangat menyayangi dia,” Kiyoharu menarik Ryutaro menjauh dari wanita itu.
“Aku ingin sekali memukul wanita itu,” protes Ryutaro.
Kiyoharu tertawa kecil, “Kau hanya akan buang-buang waktu meladeni dia,”
“Tidak apa-apa. Biar dia tahu rasa,” Ryutaro kembali protes.
“Sudahlah, biarkan saja. Dia memang suka memancing kemarahan orang,” Kiyoharu berusaha menenangkan Ryutaro.
*
Konser SADS saat itu memang meriah. Banyak fans yang hadir disana. Ryutaro sedikit ragu-ragu dengan ajakan Kiyoharu yang memintanya tampil saat mereka ada di shinkansen. Bukan karena tidak terbiasa menghadapi fans yang banyak, tapi lebih kepada takut dikenali oleh para kurage. Pasti akan muncul gosip nantinya bila ketahuan Ryutaro sedang hamil. Setelah menarik nafas panjang dan membuangnya, Ryutaro akhirnya memakai topengnya. Ia memperhatikan kostumnya yang panjang hingga ke bawah, menutupi bagian perutnya. Kostumnya kali ini menyerupai malaikat pencabut nyawa. Cocok dengan tema gothic yang sedang dibawakan oleh SADS.
“Doakan aku ya, semoga semua ini berhasil,” gumam Ryutaro sambil mengelus perutnya. Ada sebuah pergerakan pelan dari bayinya. Ketahuan pun tidak apa-apa, asalkan tidak ada yang tahu tentang kehamilanku, pikir Ryutaro.
“Ryu-chan, ayo,” Kiyoharu kemudian datang dan mengulurkan tangannya, “Jangan terlalu banyak bergerak di atas stage, bersikap biasa saja,”
Ryutaro menganggukkan kepalanya dan menerima uluran tangan Kiyoharu.
“Kau juga harus ikut mendukung ya?” ujar Kiyoharu sambil mengusap perut Ryutaro.
“Dia setuju kok,” ujar Ryutaro sambil tersenyum.
Kiyoharu lalu menggandeng Ryutaro sampai ke dekat stage. Begitu keluar dari stage, Kiyoharu memakai gitarnya dan Ryutaro juga keluar. Kiyoharu mengenalkan Ryutaro sebagai mistery guest mereka. Ryutaro awalnya tidak banyak bicara, namun ia ikut bernyanyi dan berduet dengan Kiyoharu di salah satu lagu milik SADS. Kiyoharu berkali-kali melihat ke arah Ryutaro dan merasa khawatir dengan Ryutaro yang malah melakukan headbang di atas stage. Untungnya konser berlangsung dengan baik dan tidak ada hambatan, meskipun setelah konser Ryutaro sempat memegangi perutnya, namun setelah beristirahat di kamar, rasa sakit itu mulai menghilang.
 *
Pagi ini, Kiyoharu mengajak Ryutaro sarapan di sebuah kedai makan yang tidak jauh dari hotel itu. Ryutaro memang terlihat antusias menanggapi ajakan Kiyoharu. Sekarang porsi makannya memang lebih banyak dari biasanya dan Kiyoharu sudah terbiasa dengan hal itu.
Kali ini Ryutaro tidak lupa ikut membawa boneka Nekozirushi bersamanya dan itu membuat Kiyoharu makin merasa lucu padanya. Terutama ketika ia berpura-pura mengajak boneka kesayangannya itu ikut makan. Kiyoharu justru tertawa melihatnya. Tapi memang begitulah sifat Ryutaro dan ia makin menyukai Ryutaro karena sifatnya itu.
Begitu mereka kembali lagi ke hotel setelah berjalan-jalan, Kiyoharu dan Ryutaro kembali bertemu dengan wanita yang semalam. Kiyoharu berusaha mengacuhkannya. Tapi wanita itu keburu menarik tangannya, “Kiyo-chan tega sekali kau mengacuhkan aku,”
Wanita ini kembali membuat emosi Ryutaro naik.
“Hey,” protes Ryutaro tapi Kiyoharu segera menyuruhnya menjauhi wanita itu dan menghampiri wanita itu, “Ada urusan apa lagi?” tanya Kiyoharu.
“Aku hanya ingin melepas rindu padamu,” jawab wanita itu dan mencoba memeluk Kiyoharu.
“Benarkah?” tanya Kiyoharu tanpa menatap wanita itu sedikitpun dan menghindar dari pelukan wanita itu.
“Sekarang kau sombong sekali,”
“Lalu? Kau keberatan?” Kiyoharu mengambil sebatang rokok dan menyalakannya.
Ryutaro sebenarnya sudah sangat kesal dengan wanita ini, tapi Kiyoharu yang merasa kalau Ryutaro pasti akan melakukan sesuatu segera memegang tangannya.
“Aku hanya ingin menagih janjimu. Katamu kau mau menikah denganku,” bujuk wanita itu yang tanpa mempedulikan kehadiran Ryutaro mencoba menggoda Kiyoharu.
Kiyoharu akhirnya menatap wanita itu, “Itu sudah masa lalu, sebaiknya kau melupakan masalah itu. Lagipula kau mendekatiku sekarang supaya kau bisa terkenal kan? Kau pikir aku tidak tahu trikmu? Kesempatanmu sudah lewat sekarang, jadi cari saja korbanmu yang baru ya?”
“Dasar pembohong! Sifat playboymu itu tidak berubah juga,” komentar wanita itu.
“Aku tidak peduli kau mau bilang apa. Mulai sekarang jangan menggangguku lagi ya?” Kiyoharu menarik tangan Ryutaro dan meninggalkan wanita itu.
“Kiyoharu! Kau akan menyesal telah meninggalkanku! Pacarmu itu pasti akan bernasib sama denganku!” ujar wanita itu dengan kesal.
“Jangan dengarkan dia, Ryu-chan,” ujar Kiyoharu. Ryutaro hanya terdiam tapi ia terlihat kesal.
“Kau bodoh telah memilih dia daripada aku!” wanita itu masih berusaha menarik perhatian Kiyoharu. Ryutaro akhirnya kehilangan kesabarannya dan melepaskan pegangan tangan Kiyoharu lalu berbalik menuju ke wanita itu.
“Oi, Ryu-chan,” panggil Kiyoharu.
Ryutaro mendatangi wanita itu dan melemparkan boneka Nekozirushi tepat ke kepala wanita itu.
“Aduh, apa-apaan kau ini?!” protes wanita itu.
“Lain kali bukan Nekojin yang akan aku lempar bila kau masih mengganggu Kiyoharu-san!” ancam Ryutaro. Ia terlihat marah. Baru kali ini Kiyoharu melihatnya semarah itu. Biasanya Ryutaro memang jarang marah. Ryutaro mengambil Nekozirushinya.
“Dasar orang aneh, kau itu tidak pantas untuk Kiyoharu,” wanita itu bermaksud menginjak boneka Nekozirushi milik Ryutaro namun untungnya Ryutaro bisa mengambilnya dengan cepat. Ketika ia berdiri, wanita itu justru mendorongnya.
“Hey,” Kiyoharu segera menghampiri mereka berdua, “Hentikan!”
Ryutaro terdiam. Rambutnya jatuh menutupi matanya. Ia terlihat kesal. Sekilas Kiyoharu agak takut juga melihat Ryutaro yang diam seperti itu. Ryutaro lalu mendekati wanita itu dan langsung mengayunkan tangannya untuk menampar wanita itu. Wanita itu segera bersiap untuk membalas tamparan Ryutaro dan Ryutaro juga sudah bersiap untuk memukul wanita itu tapi Kiyoharu segera menangkap tangan Ryutaro sebelum Ryutaro berhasil memukul wanita itu.
“Sudah, ayo kita pergi,” ajak Kiyoharu pada Ryutaro. Tapi wanita itu tetap menyulut emosi Ryutaro. Ryutaro berusaha melepaskan dirinya dari Kiyoharu dan ingin membalas wanita itu tapi Kiyoharu malah menahan dirinya dan menyeretnya menjauh.
“Kiyoharu-san, aku ingin memukul wanita itu,” protes Ryutaro.
“Sudahlah, Ryu-chan, tidak ada gunanya bertengkar dengannya, yang ada urusannya akan jadi lebih panjang,” ujar Kiyoharu.
“Menyebalkan,” Ryutaro masih merasa kesal.
“Makanya aku malas kesini. Sudah pasti dia akan mengajakmu bertengkar,” keluh Kiyoharu. “Tahan emosimu, Ryu-chan. Ingat anak kita,”
“Awas saja kalau aku bertemu dengannya lagi, aku tidak akan segan-segan padanya,” ancam Ryutaro.
“Iya, iya,” Kiyoharu kembali menenangkan Ryutaro.
Namun sesaat kemudian Ryutaro menatap ke arah Kiyoharu,”Tapi kau memang pembohong,”
“Hah? Kenapa?”
“Katamu kau tidak akan merokok di depanku. Aku kan ingin merokok juga,” protes Ryutaro.
“Ah iya, maaf,” Kiyoharu segera mematikan rokoknya. Ia lalu tersenyum sambil mengacak rambut Ryutaro. “Aku lupa,”
*
Usia kehamilan 7 bulan
Hari ini tepat usia kehamilan yang ketujuh bulan untuk Ryutaro. Badannya mulai terasa agak berat. Tendangan-tendangan kecil mulai makin sering dirasakan oleh Ryutaro. Saat terakhir periksa ke dokter, bayinya masih baik-baik saja. Padahal Ryutaro sempat khawatir kalau terjadi sesuatu pada bayinya karena ia terkadang suka merasakan sakit pada perutnya. Ia takut mengalami kejadian seperti dulu, saat ia dirawat di rumah sakit.
Ryutaro masih menemani Kiyoharu melakukan tour dan ini adalah tour terakhirnya karena sesuai kata-katanya dulu, Kiyoharu akan mengurangi kegiatannya begitu kandungan Ryutaro memasuki usia ketujuh bulan. Bahkan sekarang Kiyoharu mulai membeli perlengkapan bayi dan baju-baju bayi. Tentu saja itu ia lakukan dengan diam-diam karena takut ketahuan oleh wartawan.
Ryutaro hanya diam di kamar hotel menunggu kedatangan Kiyoharu yang masih menghadiri sebuah acara. Ia mengaktifkan i-padnya dan mulai kembali aktif di twitter membalas mention-mention yang datang dari fansnya dan teman-temannya. Kemudian ia melihat sebuah direct message yang ditujukan untuknya yaitu sebuah undangan untuk mengisi sebuah acara di TV. Banyak orang yang memintanya tampil kembali. Ryutaro segera menghubungi Tadashi untuk membicarakan hal itu. Tadinya Ryutaro sedikit ragu karena kandungannya sudah mulai membesar. Tapi ia akan membicarakannya lagi dengan Kiyoharu dan teman-temannya yang lain juga.
Ryutaro kemudian teringat sebuah saran yang ia pernah baca. Bahwa bayi yang ada dalam kandungan bisa bereaksi terhadap musik. Ryutaro kemudian memainkan file yang ada di i-padnya, sebuah lagu milik Kiyoharu yaitu Tattoo. Ia mendekatkan suara musiknya ke perutnya.
“Dengarkan baik-baik ya, itu suara ayahmu,” ujar Ryutaro. Ryutaro dapat merasakan sebuah gerakan dari perutnya. Ia langsung tersenyum. “Ayahmu memang mempunyai daya tarik tersendiri,” gumam Ryutaro. Ia sangat menikmati memberikan musik untuk anaknya, tentu saja dengan lagu-lagu dari Kiyoharu, SADS dan Plastic Tree. Sampai akhirnya Kiyoharu datang ke kamar.
“Kau sedang apa?” tanya Kiyoharu.
“Membuat anak kita mendengarkan musik,” jawab Ryutaro.
Kiyoharu melepas sepatunya dan ikut duduk di samping Ryutaro, “Bagaimana reaksinya?”
“Sepertinya dia suka lagu-lagu kita,” jawab Ryutaro sambil tersenyum.
“Bagus kalau begitu,” Kiyoharu ikut tersenyum lalu membelai perut Ryutaro. Kali ini ia dapat merasakan pergerakan bayinya. “Sepertinya dia masih tetap aktif seperti biasanya ya?”
“Benar sekali,” jawab Ryutaro. Ia lalu mematikan i-padnya dan beralih ke Kiyoharu, “Aku dapat undangan untuk tampil di acara TV, apa aku boleh tampil?” tanya Ryutaro.
Kiyoharu memperhatikan Ryutaro. “Kau yakin? Kau harus tampil tertutup lho supaya tidak ketahuan,”
Ryutaro menganggukkan kepalanya.
“Kalau tidak ada masalah sih boleh-boleh saja. Asal kau jangan terlalu aktif saja,” Kiyoharu lalu berbaring di samping Ryutaro.
Ryutaro menaruh i-padnya di atas meja. Ia lalu berbaring di samping Kiyoharu. Kiyoharu langsung memeluknya.
“Wanita yang waktu itu, dia itu mantan pacarmu ya?” tanya Ryutaro.
“Ya, tapi dia duluan yang meninggalkanku,” Kiyoharu membelai lembut rambut Ryutaro yang menyandarkan kepalanya di atas dadanya. “Sudahlah jangan bahas soal itu lagi, nanti kau malah emosi lagi,”
“Aku akan emosi kalau bertemu langsung dengan dia,” komentar Ryutaro.
Kiyoharu sempat tertawa, “Tapi kasihan juga Nekojin jadi korbanmu,”
“Aku sudah minta maaf pada Nekojin. Lain kali dia tidak akan jadi senjataku lagi,” protes Ryutaro.
Kiyoharu kembali tertawa, “Kau harus janji ya pada Nekojin,”
“Iya, dia tidak akan marah. Aku juga sudah membersihkannya kok,” jawab Ryutaro sementara Kiyoharu hanya tertawa menanggapinya sambil tetap membelai rambut Ryutaro.
Ryutaro memindahkan kepalanya ke samping Kiyoharu kemudian menatap Kiyoharu agak lama.
“Ada apa?” tanya Kiyoharu.
Ryutaro tidak menjawab pertanyaan Kiyoharu membuat Kiyoharu jadi semakin penasaran.
“Aku hanya sedang berpikir, seperti apa anak kita nantinya. Apa mirip denganmu atau mirip denganku,” jawab Ryutaro kemudian.
Kiyoharu tersenyum, “Mirip kita berdua tentunya. Dia kan anak kita,”
"Benar juga ya," ujar Ryutaro sambil tersenyum.
"Aishiteru yo, Ryu-chan," Kiyoharu memegang wajah Ryutaro dan menciumnya.
Ryutaro juga membalas ciumannya.
*
(to be continued)



No comments:

Post a Comment