Author: Ai Yagami Arimura Mori
Genre: yaoi,male pregnancy
Pair: Kiyoharu X Ryutaro Arimura
Cast: Plastic Tree and Kiyoharu
BGM: tremolo - Plastic Tree
PART 1
“Ryu-chan, bangun,” Kiyoharu Mori membangunkan Ryutaro Arimura yang tertidur di sampingnya.
“Ummmh,” Ryutaro mengerang perlahan dan membuka matanya.
“Ohayou,” sapa Kiyoharu sambil tersenyum.
“Ohayou,” balas Ryutaro yang masih setengah bangun. “Sudah pagi ya?”
“Ya,” jawab Kiyoharu lalu memberikan ciuman hangat di bibir Ryutaro kemudian melepas selimutnya menjauh dari tubuhnya, “hari ini aku mau ke studio lagi, kau mau ikut?” tanya Kiyoharu.
“Aku harus melihat jadwalku dulu,” jawab Ryutaro sambil mengucek matanya dan kembali menguap.
Kiyoharu lalu turun dari tempat tidur dan memakai celana pendeknya, “Kalau begitu aku buatkan kau sarapan dulu,”
“Arigatou,” ujar Ryutaro pelan. Sebenarnya ia masih ingin tidur lagi. Ia masih enggan beranjak dari tempat tidurnya. Terkadang Ryutaro masih belum menyangka ia bisa tinggal bersama dengan Kiyoharu. Awalnya mereka memang hanya berteman, namun kemudian Kiyoharu mengungkapkan perasaannya padanya. Ryutaro dengan senang hati menerima perasaan Kiyoharu. Dan saat mereka kebetulan konser bersama di luar negeri, diam-diam mereka berdua saling berjanji untuk selalu bersama. Sejak saat itulah Ryutaro bebas tinggal dengan Kiyoharu. Tentu saja tidak ada yang tahu mengenai hal ini kecuali teman-teman dekat mereka. Itu pun mereka hanya mengetahui kalau Kiyoharu dan Ryutaro memang seperti orang yang sedang pacaran, lebih dari itu mereka tidak tahu, bahkan di twitter pun mereka tetap bersikap seperti biasa.
*
Dengan malas-malasan Ryutaro akhirnya turun dari tempat tidur dan memakai piyamanya. Ia lalu menemui Kiyoharu yang masih berada di dapur. Ryutaro hanya memperhatikan Kiyoharu dari balik pembatas dinding dapur dan ruang makan. Kiyoharu yang merasa diperhatikan menoleh dan melihat Ryutaro yang sedang berdiri.
“Akhirnya kau bangun juga, Ryu-chan,” ujarnya sambil tersenyum.
Ryutaro hanya tersenyum, “Aku lapar,”
“Sabar ya, sebentar lagi matang kok,” ujar Kiyoharu.
Ryutaro baru saja akan menghampiri Kiyoharu ketika ia merasa sedikit pusing dan mual.
“Kau kenapa?” tanya Kiyoharu yang melihat Ryutaro sedikit limbung.
“Tidak tahu, aku tiba-tiba merasa pusing dan mual, Kiyoharu-san,” jawab Ryutaro.
“Istirahat dulu saja,” jawab Kiyoharu yang segera mematikan kompornya dan membantu Ryutaro duduk di kursi yang terdapat di ruang makan.
“Kau sakit?” tanya Kiyoharu dengan cemas.
“Hanya sedikit tidak enak badan,” jawab Ryutaro.
“Tunggu disini, aku akan membuatkan teh hangat dan makanan untukmu,” Kiyoharu bergeas ke dapur.
Ryutaro hanya terdiam. Baru kali ini ia merasa mual seperti ini. Sebelumnya ia tidak pernah mengalami hal seperti ini.
Kiyoharu lalu kembali sambil membawakan makanan dan teh hangat untuknya. “Minum teh ini saja dulu, mungkin kau akan merasa lebih baik,”
Ryutaro meminum tehnya. Tapi rasa mual itu tetap ada. Ryutaro berusaha menahannya dan memulai sarapannya berdua dengan Kiyoharu. Awalnya mereka sarapan seperti biasa, namun tiba-tiba rasa mual yang dirasakan Ryutaro makin menjadi-jadi. Ia menutup mulutnya dengan tangannya.
“Ryu-chan, kau kenapa?” Kiyoharu kembali terlihat cemas.
Ryutaro segera meninggalkan ruang makan dan menuju ke kamar mandi. Ia sudah tidak kuat lagi menahan rasa mualnya dan memuntahkan makanannya di kamar mandi. Dua kali ia terpaksa memuntahkan makanannya.
“Ryu-chan, kau sakit?” Kiyoharu yang khawatir langsung menyusulnya.
“Tidak tahu, entah kenapa rasanya aku mual sekali,” jawab Ryutaro setelah membersihkan mulutnya dengan air yang mengalir dari keran wastafel.
“Lebih baik kau istirahat saja, jangan kemana-mana dulu,” saran Kiyoharu sambil merangkul Ryutaro. “Setelah ini, kita ke dokter saja,”
“Tidak usah, mungkin aku hanya kecapekan,” jawab Ryutaro.
*
Keesokan harinya, Ryutaro kembali muntah-muntah di pagi hari. Kali ini ia tidak bisa membantah perkataan Kiyoharu yang memaksanya untuk ke dokter. Mengingat jadwal konser Plastic Tree yang sudah di depan mata, Ryutaro akhirnya bersedia diperiksa di klinik.
Sambil menunggu hasil pemeriksaan dokter, Ryutaro mengecek jadwal kegiatannya lewat i-padnya dan memberitahukan kalau ia sedang berada di klinik karena tidak enak badan di twitternya.
Tak lama kemudian, dokter membawa hasil pemeriksaannya dan memberitahukan hasilnya pada Kiyoharu dan Ryutaro. Kiyoharu dan terutama Ryutaro diminta untuk mengurangi kebiasaan merokok dan minum mereka. Ryutaro malah disarankan untuk berhenti merokok sementara dan mengurangi kegiatannya.
“Memangnya kenapa, dok?” tanya Ryutaro heran.
Dokter itu terdiam sebentar lalu menatap Kiyoharu dan Ryutaro sambil tersenyum, “Selamat, anda akan punya anak. Arimura Ryutaro-san positif hamil 3 minggu,”
Kiyoharu tampak kaget sementara Ryutaro kelihatan lebih kaget lagi.
“APA?????”
“Ya, anda positif hamil. Karena itu sebaiknya anda mengurangi kegiatan anda. Karena kehamilan di usia anda seperti ini bisa berisiko tinggi. Saya akan memberikan anda vitamin untuk menguatkan kandungan anda,” dokter itu kemudian menuliskan sebuah resep di atas kertas.
"Tapi... bagaimana bisa?" tanya Kiyoharu.
"Sepertinya ada sebuah pengecualian untuk Arimura-san, mungkin dahulu ada anggota keluarganya yang memungkinkan hal ini terjadi dan hal itu menurun pada Arimura-san," jelas dokter tersebut.
Sementara Ryutaro hanya terdiam. Kiyoharu yang tadinya tampak kaget sekarang sudah bisa tersenyum.
Dokter itu masih memberikan nasehat-nasehatnya pada Ryutaro dan Kiyoharu tapi Ryutaro seperti tidak mendengarkannya, ia masih kaget karena dihadapkan pada sebuah fakta baru kalau sekarang ia sedang hamil. Hamil anak pertamanya. Buah cintanya dengan Kiyoharu.
Setelah dokter itu memberikan resepnya pada Kiyoharu, Kiyoharu mengajak Ryutaro keluar dan menebus obatnya.
“Kau tidak senang, Ryu-chan?” tanya Kiyoharu. Kali ini ia terlihat cukup senang.
Ryutaro menggelengkan kepalanya. “Aku masih kaget dan tidak terbiasa dengan hal ini,” Ryutaro lalu memegang perutnya, “Di dalam perutku ada calon manusia lagi.....” gumamnya.
“Ya, calon anak kita,” jawab Kiyoharu. “Kita akan membesarkannya sama-sama, Ryu-chan. Kau tidak usah khawatir mengenai hal itu,”
Ryutaro hanya menganggukkan kepalanya, ia lalu menggenggam tangan Kiyoharu, "Sebenarnya aku tahu kalau mungkin hal ini akan terjadi," gumamnya pelan.
Kiyoharu menatapnya, "Kau sudah tahu?"
Ryutaro perlahan menganggukkan kepalanya.
"Ah, karena itu kau memintaku berhati-hati ya waktu melakukannya denganmu?" tanya Kiyoharu."Ya," jawab Ryutaro pelan. "Kau pasti menganggapku aneh yah?"
"Tidak. Aku justru senang," jawab Kiyoharu. Ia menggenggam kedua tangan Ryutaro, "Aku tidak akan meninggalkanmu, jadi kau tenang saja,"
Tidak berapa lama, nama Ryutaro dipanggil. Kiyoharu segera mengambil obat untuk Ryutaro kemudian pulang bersama Ryutaro.
*
Usia Kehamilan 1 bulan
Ryutaro bergegas menaruh gitarnya dan menuju ke toilet untuk muntah begitu mencium bau makanan yang dibawa oleh Sato Kenken, drummer mereka. Beberapa hari ini ia selalu mengalami hal seperti ini, selalu muntah begitu mencium bau makanan. Kiyoharu sampai khawatir melihatnya dan mengkonsultasikan keadaan ini pada dokter yang menangani kehamilan Ryutaro dari awal. Dokter itu memberikan susu untuk mengurangi rasa mual Ryutaro, tapi tetap saja Ryutaro mengalami hal seperti ini.
Begitu Ryutaro kembali ke studio tempat mereka latihan, Hasegawa Tadashi –bassist sekaligus leader mereka- menghampirinya, “Kau sakit?”
Ryutaro menggelengkan kepalanya. “Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa seperti ini,” jawab Ryutaro. Ia masih merahasiakan soal kehamilannya dari teman-temannya. Sejauh ini memang belum ada perubahan yang berarti dari tubuhnya, yang ada hanyalah ia kehilangan nafsu makan karena sering muntah. Tapi Ryutaro sadar, cepat atau lambat teman-temannya harus diberitahu karena kandungannya pasti makin lama akan semakin membesar.
Ryutaro menyandarkan tubuhnya di atas sofa. Ia lalu membuka handphonenya dan membaca sebuah email yang masuk. Dari Kiyoharu,isinya: ‘Ryu-chan, bagaimana keadaanmu? Jangan lupa makan dan minum vitamin. Jaga kondisi tubuhmu, ingat kau sedang mengandung anak kita,’
Ryutaro tersenyum, ia lalu segera mengetik balasannya, ‘Kiyoharu-san, tenang saja. Aku pasti akan menjaga anak ini baik-baik,’
Belakangan ini setiap hari Kiyoharu pasti menghubunginya untuk menanyakan keadaannya. Ryutaro cukup senang dengan perhatian Kiyoharu itu.
“Sepertinya kau sudah lebih baik sekarang,” komentar Tadashi.
“Ya, ayo kita latihan lagi,” ajak Ryutaro yang segera bangun dan melanjutkan latihannya.
*
Kiyoharu akhirnya pulang ke apartemennya setelah menyelesaikan pengerjaan mini album bandnya sambil membawa seplastik buku mengenai kehamilan dan cara-cara menghadapi kehamilan anak pertama. Kiyoharu tampaknya cukup senang dengan kehamilan Ryutaro dan antusias menghadapi kelahiran anak pertamanya ini.
Tapi begitu ia membuka pintu apartemen dan menuju ke ruang tengah ia mendapati Ryutaro justru sedang merokok dan meminum sekaleng bir.
“Arimura Ryutaro,” serunya sambil menghampiri Ryutaro, “Dokter kan sudah bilang kau tidak boleh merokok dulu,”
“Eh?”
“Ya ampun,” Kiyoharu mengambil rokok yang ada di jari Ryutaro. “Selama 9 bulan kedepan kau dilarang merokok,”
“Tapi aku ingin merokok,” bujuk Ryutaro.
“Kau harus sabar menahan nafsu merokokmu. Ini demi keselamatan anak kita juga,” ujar Kiyoharu sambil mematikan rokoknya.
“Kau sendiri juga merokok kan?”
“Setidaknya aku tidak merokok di hadapanmu,” Kiyoharu meletakkan buku-buku yang dibawanya ke atas meja. “Sebaiknya mulai sekarang kau belajar menghadapi kehamilanmu,”
Ryutaro menggaruk kepalanya, “Aku masih merasa aneh dengan kondisi ini, kadang perutku terasa kembung dan ingin makan sesuatu, tapi begitu aku mencium bau makanan, aku malah muntah,”
“Karena itu kau harus minum susu dan vitaminnya,” Kiyoharu meminum bir yang tadi diminum Ryutaro. “Janin yang ada dalam perutmu akan terus tumbuh, jadi kau harus menjaga kondisi tubuhmu supaya janinnya juga baik-baik saja,”
Ryutaro terdiam dan mengambil salah satu buku. Ia lalu membacanya. Sementara Kiyoharu bersandar di sofa di samping Ryutaro.
Ryutaro kemudian menutup buku yang dibacanya beberapa saat kemudian lalu menyandarkan kepalanya di bahu Kiyoharu.
“Lain kali jangan merokok lagi,” ujar Kiyoharu sambil membelai lembut rambut Ryutaro.
“Tapi susah sekali melakukannya,” keluh Ryutaro.
“Aku akan menemanimu,”
“Tapi kau kan bisa merokok di luar,”
“Benar juga,” Kiyoharu tertawa, “Tapi sekarang yang penting itu calon anak kita,”
Ryutaro kembali terdiam. Sesaat terlintas dalam pikirannya sebuah pertanyaan, apakah Kiyoharu akan tetap seperti ini bila ia tidak hamil? Tapi setidaknya sekarang ia sangat menyukai perhatian Kiyoharu pada dirinya.
*
Usia kehamilan 2 bulan
Rasa mual pada diri Ryutaro sudah agak berkurang, namun sebagai gantinya ia malah lebih suka makan cemilan. Terkadang ia memang masih suka muntah di pagi hari, tapi tidak sesering dulu. Ia juga mulai merasa ada sedikit perubahan pada tubuhnya terutama bagian perutnya, tapi tidak terlalu kelihatan dari luar. Saat ini Plastic Tree sedang menjalani kegiatan tour menyambut rilisnya single baru mereka. Ryutaro sendiri juga tetap aktif di atas panggung, seakan tidak terjadi apa-apa, meskipun kadang-kadang saat selesai tampil, ia sedikit merasa sakit di bagian perutnya.
Kiyoharu sendiri juga sedang sibuk mempersiapkan peluncuran single terbaru kelompok bandnya, jadi praktis mereka tidak bertemu. Hanya kadang-kadang saja, bila mereka sedang tidak sibuk, mereka bisa bertemu di apartemen mereka.
Ryutaro menyandarkan dirinya ke sofa di penginapan. Ia merasa lebih mudah lelah sekarang. Ryutaro mengambil sebuah snack keripik dan memakannya. Saat ini ia sangat merindukan Kiyoharu. Rasanya ingin sekali ia bertemu kembali dengan Kiyoharu.
Mendadak saja Ryutaro jadi ingin makan takoyaki. Ia melihat ke arah jam. Sudah hampir tengah malam, biasanya kios takoyaki sudah tutup jam segini. Tapi saat ini ia merasa begitu ingin makan takoyaki. Dengan sangat terpaksa, Ryutaro akhirnya membangunkan Tadashi untuk menemaninya mencari takoyaki, meskipun agak susah, tapi akhirnya mereka berhasil menemukannya.
Keesokan harinya selera Ryutaro kembali berubah. Tiba-tiba saja ia ingin makan wakame dan miso. Ia sendiri tidak mengerti kenapa seperti itu. Akhirnya ia kembali meminta Tadashi menemaninya mencari kedai yang menjual sup miso dan wakame pagi itu. Tadashi sebenarnya sedikit merasa aneh dengan sikap Ryutaro yang tidak seperti biasanya ini. Ia pernah menanyakannya pada Ryutaro tapi Ryutaro tidak mau menjawabnya.
*
Usia kehamilan 3 bulan
Meskipun masih merasa mudah lelah, tapi Ryutaro masih disibukkan dengan jadwal manggungnya dan harus mengisi acara. Untungnya ia sudah kembali berada di Tokyo. Ryutaro memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. Ada sesuatu yang makin terlihat berbeda dengan perutnya. Ryutaro dapat merasakannya. Janin yang ada di dalam perutnya sedang berkembang. Terkadang Ryutaro merasa senang dengan kehamilannya. Setidaknya ia merasa tidak sendirian. Ada calon anaknya yang kini sedang berada di dalam perutnya.
“Ryu-chan, sudah siap?” tanya Nakayama Akira –gitaris mereka- saat ia masuk ke dalam kamar Ryutaro.
“Iya,” jawab Ryutaro yang segera merapikan rambutnya. Ia juga mengenakan kostumnya. Saat itulah Akira tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan kondisi tubuh Ryutaro.
“Ada apa, Naka-chan?” tanya Ryutaro melihat cara pandang Akira yang berbeda pada dirinya.
“Tidak, hanya saja, sepertinya kau terlihat agak beda saja,” jawab Akira.
“Apanya yang berbeda?” Ryutaro balik bertanya.
“Entahlah. Sepertinya kau jadi kelihatan sedikit gemuk,”
“Benarkah? Mungkin karena aku sering makan akhir-akhir ini,” jawab Ryutaro.
“Mungkin juga. Ayo,” ajak Akira. Ryutaro pun keluar dari kamarnya. Sekilas ia melihat ke arah Akira. Sekarang usia kehamilannya sudah memasuki trimester pertama, menurut buku yang ia baca setelah ini mungkin akan sulit menutupi kehamilannya karena perutnya akan semakin besar. Ryutaro sempat memegang perutnya dan mengusapnya perlahan. Seakan ingin mengajak calon anaknya merasakan kegelisahannya.
*
Kiyoharu baru saja memberikan kabar kalau hari ini ia tidak bisa datang ke live konsernya Plastic Tree karena harus menyiapkan mini albumnya yang sedang dalam proses editing. Kiyoharu sempat berhenti sejenak untuk beristirahat dan menyalakan rokoknya lagi. Ia sempat memikirkan Ryutaro. Saat ini Ryutaro pasti sedang menyiapkan konsernya. Harusnya hari ini ia kesana menontonnya, tapi apa boleh buat. Editingnya belum juga selesai.
Tiba-tiba ada perasaan tidak enak yang menyelimutinya. Ia mendadak merasa khawatir pada Ryutaro.
*
Konser kali ini berlangsung meriah seperti biasa. Ryutaro seperti biasa tampil enerjik di atas panggung, berkali-kali ia meloncat kesana kemari, seolah melupakan kalau ia sedang hamil. Tapi kali ini begitu konser selesai, Ryutaro merasakan nyeri pada perutnya. Tadinya ia berusaha menahannya dan bersikap seperti biasa ketika berada di ruang ganti. Keringat dingin mulai mengucur membasahi tubuhnya. Kepalanya terasa pusing.
“Ryu-chan, kau sakit? Wajahmu pucat sekali,” tanya Tadashi.
“Istirahat saja dulu, Arimura-san,” tambah Kenken.
Ryutaro mulai memegangi perutnya.
“Ryu-chan,” panggil Akira dengan cemas melihat keadaan Ryutaro.
“Perutku sakit,” Ryutaro merintih menahan rasa sakitnya sampai akhirnya ia tidak kuat lagi dan semuanya tiba-tiba menjadi gelap.
(to be continued)
No comments:
Post a Comment